MENU
icon label
image label
blacklogo

BPPT dan Pakar Teknologi Rancang Pendeteksi COVID-19 Berbasis AI

APR 15, 2020@14:45 WIB | 1,063 Views

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Indonesia segera menginisiasi rencana aksi cepat untuk mengatasi pandemik COVID-19 di tanah air.  Melalui sinergi antar institusi penyelenggara IPTEK dan asosiasi kepakaran, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza, menyebut pihaknya siap menghela Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan COVID-19 (TFRIC19) khususnya dalam pengembangan produk yang terkait dengan Test Kit COVID-19.

(Ilustrasi)

Diungkapkannya, produk yang akan dihasilkan dalam waktu dekat adalah Diagnostic Test Kit, yang dibuat berdasarkan strain virus lokal Indonesia.

“TFRIC19 ini tengah mengakselerasi pengembangan Test-Kit berbasis PCR (Polymerase Chain Reaction) Diagnostic Test COVID-19 maupun berbasis non-PCR untuk deteksi Antigen, Antibodi ataupun Micro-Chip” papar Hammam.

Selain mengembangkan kit tersebut Kepala BPPT juga menuturkan bahwa TFRIC19 akan memanfaatkan kecerdasan buatan atau Artificial Intellegence (AI), dalam penanganan COVID-19. Artificial intelligence imbuhnya, dapat digunakan untuk menguatkan diagnostik oleh dokter dalam mendeteksi virus corona COVID-19.

“Rencana aksi cepat dari TFRIC 19 salah satunya akan menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI), untuk mendukung diagnostik COVID-19,” jelasnya.

AI untuk Diagnosis COVID-19

Terkait penggunaan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk penanganan Covid-19, dirinci Hammam, sub-tim Artificial Intelligence TFRIC 19 telah ditunjang oleh sumberdaya yang mumpuni. Perlu diketahui, sub tim AI inipun beranggotakan para pakar di bidang teknologi informasi khususnya AI dari berbagai unsur yakni BPPT, TNI AU, ITB, UGM, UNHAN, Universitas Negeri Surabaya, Politeknik Negeri Malang, Unika Atma Jaya, UNTAG Surabaya,  Start-Up Neurabot Lab, Asosiasi Profesi PB IDI,PAPDI, Indonesia AI Society, Healthcare.id,  IABIE, INAPR dan APIC didukung oleh dokter ahli untuk interpretasi Radiologi dari RSUD-Koja dan FKUI-RSCM.

Hal ini dilakukan dengan model Machine Learning dan teknik terbaru Deep Learning untuk membangun model deteksi berbasis AI,  dibantu dengan teknik AI berbasis Knowledge Growing System sebagai Decision Support System (DSS) dengan validasi dari radiolog dan dokter yang terkait guna menjadi landasan pengambilan keputusan dan kebijakan oleh pejabat yang berwenang. 

“Kami akan membangun model AI, berdasarkan data X-Ray dan CT-Scan dari pasien yang positif dan negatif COVID-19, yang selanjutnya digunakan untuk melakukan deteksi dini, serta diagnosis pasien. Kami harap sistem berbasis AI ini akan melengkapi pengujian berbasis PCR, maupun whole genome sequencing COVID-19 Indonesia,"urainya. 

Perlu diketahui bahwa BPPT mendapat mandat dari Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek/BRIN) sebagai koordinator percepatan pengembangan produk dalam negeri, guna mengatasi wabah COVID-19 yang menjadi pandemik di Indonesia melalui Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan COVID-19 (TFRIC19), guna penguatan aspek lokal dalam mengatasi wabah COVID-19 yang terus merebak.

TFRIC19 berfokus pada lima rencana aksi cepat, dengan target produk final yaitu Pengembangan Non-PCR Rapid Diagnostic Test; Pengembangan PCR Test Kit, Laboratorium Uji PCR dan Sequencing; Penguatan Sistem Informasi dan Aplikasi Kecerdasan Buatan (Artificial Intelligence/AI); Analisis dan Penyusunan Data Whole Genome COVID-19 Origin Orang Indonesia yang terinfeksi; dan Penyiapan Sarana Prasarana dan Penyediaan Logistik Kesehatan untuk Penguatan Kemampuan Penanganan COVID-19.

TFRIC19 terdiri dari berbagai pemangku kepentingan, sebagai koordinator  adalah BPPT, dan mendapatkan dukungan dari perwakilan Institusi Litbang (LIPI, Badan Litbang Kesehatan, Lembaga Biologi Molekular Eijkman), Perguruan Tinggi (ITB, UGM, UNAIR, YARSI, UNHAN, Unika Atma Jaya, UNPAD, UNESA, UNDIP, UNTAG Surabaya, UNISBA), Industri (PT.Biofarma, PT. Hepatika Mataram), Rumah Sakit (FKUI-RSCM, RSUD Tangerang, RSUD Koja) dan Asosiasi Profesi (PB IDI, PAPDI, IAIS, INAPR, APIC, Asosiasi Bioresiko, Asosiasi Biosafety Indonesia, World Bio Haztec, Healtech.id), dan juga start-up Nusantics, Neurabot Lab.

TFRIC19 juga melibatkan pendanaan dari berbagai pemangku kepentingan antara lain melalui East Venture, dan asosiasi seperti Indonesia AI Society, IA-ITB, Kagama, IABIE, IATI, KADIN serta masyarakat luas dalam penggalangan dana. Penggalangan dana ini dibutuhkan untuk kebutuhan scale up production melengkapi dana APBN pemerintah yang bersumber dari Kementerian Ristek/BRIN, Litbangkes, BPPT, Eijkman, dan lainnya.[prm/timBX] berbagai sumber

Tags :

#
blacktech,
#
covid-19,
#
artificial intelligence,
#
kecerdasan buatan,
#
bppt,
#
universitas,
#
penelitian