MENU
icon label
image label
blacklogo

Riding Sejauh 1800 km, Barita Christoper Belah Sulawesi Menuju Titik 0 Sulawesi

JAN 07, 2022@16:17 WIB | 2,854 Views

Eksistensi Black Motor Communitu (BMC) sebagai komunitas roda dua selalu diuji seiring pertumbuhan waktu.  Terlebih dalam  menyoal eksistensi brother hood sesama member BMC se-Indonesia yang sudah melewati satu dekade ini, diharapkan terpatri sebagai patron dalam diri sebagai rider atau komunitas.  Titik iniah yang kemudian menginspirasi bro Barbar (nama asli Barita Christoper untuk membangun komunikasi dengan Chapter BMC yang ada di Sulawesi.

Sudah menjadi agenda seorang biker harus menuntaskan misi, seperti Bro Barita yang mengagendakan touring akhir tahun tahun 2021 dengan menjelajah pulau Sulawesi bertajuk "Road to Makassar-Manado".  Mengambil start pada 26 Desember 2021, namun kendala cuaca buruk pengiriman motor tersendat. Sehingga jadwal touring mundur menjadi 29 Desember 2021.

Sebelum keberangkatan, bro Barbar terlebih dahulu bertemu dengan rekan dari BMC Makassar dan juga perwakilan dari BMC Bone untuk berdiskusi dan bertukar pikiran perihal komunitas BMC yang ada di wilayah Sulawesi.

Perjalanan lintas Makassar – Polewali Mandar (jarak tempuh + 260 KM)

Touring dimulai dari pelabuhan Makassar tempat pengambilan motor dengan destinasi pertama adalah Mamuju. Perjalanan dimulai pada jam 12.00 siang melalui jalur Makassar-Baros-Pangkep kemudian berhenti untuk makan siang didaerah Barru.

Sehabis makan siang perjalanan dilanjutkan melalui jalur Barru-Parepare-Pinrang. Saat istirahat didaerah Pinrang didapatkan informasi bahwa jalur Majene-Mamuju rawan dilewati karena adanya bekas longsor. Cukup berisiko jika dilalui pada malam hari sehingga perjalanan ditunda dan beristirahat di daerah Wonomulyo Polewali Mandar (Polman) yang disambut oleh bro Tomi dan rekan2 dari BMC Polman.

Riding Lintas Polewali Mandar – Palu  570 KM Tanpa Google Maps

Saat mentari menyambut, Pukul 06.00 WIT riding selanjutnya dimulai dari Polman menuju Palu melalui jalur Polman-Majene-Mamuju-Topoyo-Pasangkayu-Palu. Melintasi jalur Majene-Mamuju memang ditemui adanya bekas longsor di jalan Utama, sehingga ketika melewati jalur tersebut harus meminta tolong oleh para pekerja untuk mendorong motor dengan jarak + 300 meter.  

Jalur didominiasi lumpur tanah liat dan kondisi tersebut juga menyebabkan macet panjang dari 2 arah. Dalam kondisi tersebut hujan deras melanda kawasan, smartphone milik bro Barbar sebagai guide line melalui maps rusak, asyik dengan evakuasi jalan yang berat.

Riding tanpa aplikasi maps tidak menurunkan niat bro Barbar untuk tetap melanjutkan perjalanan.  Sempat beristirahat sebentar di Mamuju kemudian melanjutkan perjalanan dan makan siang sebentar di daerah Topoyo. 

Tidak semua jalur aman untuk riding malam, bro Barbar terus riding,  karena wilayah Tikke sebelum Pasangkayu cukup rawan di waktu malam hari. Dan sesuai prediksi, tiba di Palu pada jam 7 malam yang disambut oleh bro Opa salah satu member BMC Palu. Bertemu dan chitchat sembari istirahat di kedai kopi Daenk Ancha bersama riders BMC Palu, member BMC Jakarta Timur bro Hamid dan Riders Palu lainnya.

Dua hari di Palu, menyempatkan kantor DSO Palu yang disambut langsung oleh pak David selaku kepala DSO Palu dan terjadilah diskusi menarik seputar pembahasan program DSO yang sedang berjalan. 

Hari kedua, Bro Barbar menyambangi destinasi favorit Palu yang menjadi salah satu ikonik yaitu Mesjid Terapung yang merupakan salah satu dampak dari dahsyatnya Tsunami Palu. 

Melintasi Jalur Palu – Limboto Gorontalo Tepian Pantai (Jarak 590 KM) 

Perjalanan berikutnya juga merupakan jalur yang panjang seperti Polman-Palu, dimulai dari jam 7 pagi melalui jalur Palu-Toboli Parigi-Limboto Gorontalo. Tidak seperti jalur sebelumnya yang sepanjang jalan diberikan pemandangan perbukitan dan kebun sawit, jalur kali ini lebih banyak diberikan pemandangan pantai sehingga perjalanan yang dilalui cenderung santai karena menikmati jalurnya.

Sempat berhenti makan siang setelah melewati pintu masuk provinsi Gorontalo, kemudian melanjutkan perjalanan sampai Limboto Gorontalo jam 8 malam yang disambut oleh bro Ayis dari BMC Gorontalo. Menginap semalam di Limboto dan bukannya di kota Gorontalo dengan pertimbangan lintas Manado lebih dekat di Limboto sedangkan jika ke Gorontalo harus masuk lagi sekitar + 20 menit.

Perjalanan lintas Limboto Gorontalo – Manado (jarak tempuh + 380 KM)

Ini merupakan perjalanan menuju destinasi terakhir yaitu kota Manado, yang melalui jalur Limboto Gorontalo-Bolaang Mongondow-Minahasa-Manado-Bitung. Selama perjalanan disambut hujan dengan intensitas cukup deras sehingga memperlambat perjalanan. Jarak 1800 km merupakan jarak tempuh yang lumayan, adanya insiden copot baut kipas CVT di daerah Boltim menjadi bagian dari rute panjang ini.  Sampai kota Manado dan menginap di hotel Aryaduta untuk beristirahat karena kondisi cuaca yang ekstrim. 

Berkeliling di Manado dimulai dengan berkunjung ke kantor DSO Manado yang ditemani oleh BMC Manado yaitu bro Stenly kemudian di DSO bertemu langsung ketua BMC Manado yaitu bro Bagas beserta member BMC Manado yaitu bro Putra.

Dilanjutkan perjalanan menuju kota Bitung untuk menyempatkan diri mengunjungi KM 0 Trans Sulawesi. Di Bitung disambut oleh ketua YNCI chapter Bitung yaitu om Ramang dan di lokasi disambut oleh om Andy Joxx yang merupakan ketua AMCB (Asosiasi Motor Club/Community Bitung) dan juga selaku PIC pembuatan sertifikat KM 0.  Setelah berkeliling dan beramah tamah diseputaran kota Bitung akhirnya kembali lagi ke kota Manado.

Bro Barbar masih belum puas di Manado sehingga keesokan harinya kembali berkeliling ke beberapa lokasi ikonik Manado yaitu pasar ekstrim Tomohon, danau Tondano, Bukit Kasih Minahasa dan terakhir danau Linow. 

Khusus danau Linow dikarenakan kondisi saat dikunjungi hujan sehingga warna danau Linow yang infonya ada 7 warna tidak keluar sehingga hanya mampir untuk sekedar minum the dan makan baso untuk menghilangkan rasa dingin karena kehujanan setelah dari Bukit Kasih Minasaha.


“Perjalanan dari Makassar menuju Manado sangat ekstrim dan melelahkan dikarenakan jalurnya yang berkelok2 dan naik turun bukit/gunung serta cuaca yang tidak menentu. Touring ini sangat berharga karena selain mendapatkan pengalaman baru yaitu melintasi wilayah yang belum pernah dilalui dan bertemu dengan rekan dari BMC sepanjang perjalanan yang sebelumnya hanya bertemu melalui media sosial. Keindahan dan keringat  sangat terbayarkan,” tutup Bro Barita. [Brt/ahs/timBX]

Tags :

#
bmc chapter jaksel,
#
black motor community,
#
riding sulawesi titik o,
#
eksplore sulawesi,
#
riding ke sulawesi