MENU
icon label
image label
blacklogo

Kunjungi 16 Restoran dan Cicipi Menu Andalan dalam 24 Jam di “City of Gold” (Bag. II)

JUL 27, 2020@19:00 WIB | 632 Views

Petualangan kuliner pun dimulai. Petualangan 24 jam berkelanjutan dari restoran pertama ke restoran keenambelas tanpa jeda. Sebuah perjalanan tak biasa dan terbilang fantastis. Adalah Tiffany Langston, penulis yang menjadi salah satu nominator James Beard Foundation journalism awards atas ketakjubannya kepada Jonathan Gold bersemangat melakukan napak tilas kuliner di 16 restoran selama 24 jam tersebut.

Seperti yang telah disinggung dalam artikel terdahulu, Tiffany mendarat di LAX, bandar Udara Internasional Los Angeles di baratdaya LA di kota Westchester, kurang lebih 16 mil dari pusat kota, pada Sabtu, pukul 19:28. Ia siap berpetualang sesuai rencana yang telah dicanangkan. Tiffany bisa saja langsung meluncur ke restoran pertama, Trois Mec, jaraknya sekitar 12 mil dari LAX. Tiffany sendiri dan tidak ada teman di kota tersebut untuk ia ajak bergabung. Jika ia pesan sesuai menu dengan harga cukup mahal itu, ia pasti tak akan mampu menghabiskan makanan sebanyak itu.

Tiffany memutuskan untuk mengunjungi Trois Mec di lain kesempatan. Ia ke hotel. Tiba pukul 20:45. Selesai menaruh tas, ia pergi menuju ke salah satu Kogi Trucks menggunakan Uber. Pukul 91:13 ia diturunkan di titik lokasi yang salah. Ia pun sempat kesulitan menemukan Kogi Trucks, namun sesaat kemudian ia menemukannya. Akhirnya ia mendapat rekomendasi makanan Kogi Trucks, short rib taco.

Short rib taco adalah satu satu jenis taco yang cukup sangat populer di Amerika Serikat dan menjadi jajanan yang digemari semua kalangan masyarakat.  Taco ini sebenarnya makanan yang berasal dari Mexico bukan asli makanan khas Los Angeles. Short rib taco yang dipesan Tiffany, komposisi daging lemak dan juicy proporsional. Tapi yang paling penting adalah selada kimchi. Rasanya sangat pedas, tapi ia tak mau berhenti memakannya. Lalu sembari menelpon taksinya ia ingin segera ke Blodso’s BBQ sebelum tutup pukul 22:00.

Tiffany merasa beruntung bisa tiba di Bludso cukup tepat, pada pukul 21:39. Ia duduk di bar, baca menu, dan pesan beberapa makanan. Pukul 21:46, pesanannya datang dalam waktu singkat, daging babi, roti jagung dan acar. Ia nyaris melahap semua daging babi, roti jangung dan acar. Sebagai orang yang pernah tinggal di Memphis selama delapan tahun, Tiffany mengaku tahu barbekyu yang enak seperti apa.

Baca: Kunjungi 16 Restoran dan Cicipi Menu Andalan dalam 24 Jam di “City of Gold” (Bag. I)

Waktu menunjukkan pukul 22:03. Sembari menunggu cek, ia merencanakan langkah selanjutnya. Lokasi Pizzeria Mozza bisa ditempuh dengan jalan kaki dari Bludso, yang buka hingga tengah malam. “Ini memberi saya kesempatan mengunjungi setidaknya satu dari dua tempat terdekat lainnya yang tutup pukul 11: Jitlada dan Guelaguetza.” Ujar Tiffany.

Emat menit kemudian, ia bayar Bill dan langsung beranjak pindah ke Guelaguetza. 20 menitan menunggu meja kosong lalu mujur ada kursi di bar.

Tiffany sudah merasa kebanyakan makan barbekyu hingga pukul 22:25. Sejenak ia menenangkan diri supaya tetap bisa melanjutkan agenda 24 jam napak tilas restoran yang pernah dikunjungi sang inspirator, Jonathan Gold. Ia pun memutuskan kuntuk memikirkan menu chocoflan (makanan khas mexico yang berupa cake yang diberi flan) dan michelada (cerveza preparada yang dibuat dengan bir, jus jeruk nipis, berbagai macam saus, rempah-rempah, jus tomat, dan cabai. Disajikan dalam gelas dingin disipi garam), yang merupakan salah satu favorit Jonathan Gold. Chocolate cake, creamy custard dan spicy beer mungkin terdengar seperti kombinasi yang aneh, tetapi itu benar-benar berhasil dinikmati.

Malam sekamin larut, waktu menunjukka pukul 22:52, ia menarik nafas sebentar. “Saya pikir saya akan kembali ke Pizzeria Mozza, tetapi hanya itu yang bisa saya lakukan hari ini. Saya ngasi isyarat, saya bayar bill, dan segera memanggil taksi,” tutur Tiffany.

Pukul 23:08, ia duduk di restoran ketiga. Ia dapat tempat duduk dengan pemandangan fantastis tungku pembakaran, dengan segenap aroma lezat dalam restoran yang membuatnya benar-benar menaruh harapan supaya bisa melahap pizza di restoran itu.

Memasuki pukul 23:24 sesi makanan penutup tiba, fried squash blossoms dicampur dengan ricotta dan segelas Lambrusco. Squash blossoms yang nikmat, renyah, dan ringan. Kendati demikian ia merasa seperti baru saja mengisi kerongkongannya saat itu. Empatbelas menit berlalu, pelayan menawarkan menu andalan lain restoran, ia tak dapat memenuhinya. Sementara ia telah menikmati squash blossoms dan menolak tawaran untuk memesan kembali, ia minta bill.

Jam menunjukkukan angka 23:40, pelayan restoran menghidangkan menu makanan pencuci mulut sebagai gantinya. Tiga menit berlalu, Tiffany merasa malu, karenanya ia memesan butinozerch budino. Baginya Budino benar-benar bagus, tapi ia hanya bisa melewati setengahnya. “Saya tidak punya ruang lagi. Di hati saya menangis. Saya sudah selesai, penuh terisi. Saya pun kembali ke hotel untuk tidur dan bersiap-siap untuk melakukannya lagi besok.” Tiffany menutup napak tilas kulinernya tetap pada pukul 23:57. [asl/timBX]

Tags :

#
jonathan gold,
#
tiffany langston,
#
restoran rekomended,
#
city of gold