MENU
icon label
image label
blacklogo

BMW vs Mercedes, Rivalitas Abadi Raksasa Otomotif

OCT 13, 2020@17:48 WIB | 919 Views

Di episode delapan BlackTalks bahasan yang sangat menarik kembali diangkat yaitu rivalitas dan perseteruan dua manufacturer otomotif raksasa, Mercedes dan BMW di kalangan penggunanya di Indonesia. Bersama narasumber Ali Said Romdon dari BMW CCI dan Maheksa Akni dari Mercedes-Benz Club Indonesia. Banyak yang menganggap jika BMW memiliki darah muda yang tidak dimiliki Mercedes. Jika Mercedes biasa dilihat sebagai tanda kemapanan, sedangkan BMW kerap dikaitkan dengan geliat dinamis masa kini.

Fenomena persaingan ini tak hanya ada di-level pengguna saja melainkan di industrinya pun mereka pun saling sindir dan juga duel di arena balap. Bagaimana serunya perbincangan ini ?

Membicarakan mengenai kesan pengguna, Ali memang mengamini jika kesan muda memang melekat pada mobil BMW karena tampilannya. "Saat SMA dulu, ada pilihan untuk menggunakan Mercedes dan BMW yang kebetulan seri E30, dan saya memilih E30 karena tampilannya lebih sporty, lebih asik gitu." Ujar Ali.

Mengenai hal ini Heksa berdalih jika Mercedes pun juga tak kalah keren, karena waktu ia masih muda pun ada pilihan untuk menggunakan BMW E30 M40 dan Mercedes Boxer W124, dan ia memilih Mercedes. "Kalau dulu saya melihat modelnya sih lebih klik di situ, Mercedes. Tapi memang untuk beberapa seri Mercedes memiliki image tua, dan kebetulan yang saya pilih adalah yang berkesan muda, seperti wagon dan yang rare lainnya." Sambut Heksa.

Ketika berbicara spare part, banyak yang membandingkan jika BMW lebih mahal dari Mercedes dan electrical-nya pun lebih rumit. Menanggapi hal ini Ali selaku perawat dua brand mobil ini mengatakan jika tidak terlalu berbeda. "Ya, ada yang lebih mahal adapun yang lebih murah, sebelas dua belas lah, tipis-tipis."

"Selain itu setup velg Mercy pun lebih universal daripada BMW, switch velg dari seri atas sampai seri bawah hampir selalu bisa masuk tanpa ada penyesuaian yang berarti." Tambah Heksa. Untuk hal ini Ali pun mengamini jika BMW memang harus menggunakan velg yang sesuai dengan serinya, walau dalam beberapa pengalaman fakta berkata lain. "Dulu E36 saya masukin velg Mercy kebetulan bisa, tapi ya tidak semua seri bisa begitu."

Lanjut membahas modifikasi, Mercy dan BMW memiliki tuner resminya, namun tak jarang banyak yang menggunakan brand Jepang-an. "Ada moment-nya pengguna itu dicengin tentu saja bercanda, karena ibaratnya bukan lagi pindah agama, tapi animisme." Ucapnya sambil tertawa. Namun ia pun mengamini jika di arena balap sesungguhnya banyak mobil Mercy atau BMW yang menggunakan parts Jepang-an. "Contoh paling gampang adalah velg yang biasa digunakan adalah Rays TE71 yang memang spesifikasi balap yang tidak dimiliki kedua pabrikan." Tambahnya.

Lebih umum saat berbicara etika touring, keduanya sepakat jika mereka mematuhi peraturan lalu lintas dan tidak ingin mengganggu pengguna jalan lain. "Saat touring kita ada interceptor, sweeper dan road captain yang memastikan jika kita berkendara aman dan tertib." Ujar Ali. "Sweeper, Road Captain, dan Interceptor serta voorijder pun kita briefing agar kita berjalan secara normal saja dan menyesuaikan dengan situasi dengan tidak memaksakan." Sambung Heksa.

Berbicara panjang mengenai siapa yang lebih baik memang tak ada habisnya, namun sesungguhnya persaingan atau rivalitas di lapangan tak seburuk yang banyak orang kira. "Banyak-banyak pengguna BMW juga pengguna Mercy, jadi ibarat berdiri di dua kaki, hanya fokusnya pada salah satu saja. Perselisihan kecil pasti ada tapi kita semua sudah dewasa dalam menyikapinya." Ujar Ali. [leo/timBX]

Tags :

#
black talks