MENU
icon label
image label
blacklogo

Kiki Anugraha, Upaya Sejajarkan Karma Bodykit ke Tuner Aftermarket Dunia

AUG 19, 2019@17:35 WIB | 10,788 Views

Memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-74, bagi seorang Kiki Anugraha adalah tetap berkarya menghasilkan innovasi  produk yang terbaik. Jangan bertanya negara sudah memberikan apa terhadap kita, namun apa yang sudah kita lakukan untuk negara.  Bagi dirinya mengisi kemerdekaan adalah  tetap berinovasi untuk mensupport local pride, melalui produk unggulan yang bisa diserap dan mampu bersaing dengan baik, oleh market luar negeri dan dalam negeri.

Kiki Anugraha mencita-citakan apa sejak kecil ?
Saya melihat halaman per halaman sebuah majalah otomotif.  Dan suatu hari saya punya cita-cita memiliki mobil seperti yang ada di majalah tersebut.

Lingkungan keluarga seperti apa yang menstimulir cita-cita Kiki Anugraha ?
Basicly saya besar di lingkungan yang gemar di dunia otomotif, terutama mobil. Orang tua dan kakak saya mereka suka mobil, dan dari kecil saya diracuni oleh pop up brand-brand mobil. 

Pertama kali tahun 2014, saya beli mobil kemudian saya modifikasi dengan velg, kemudian ground clearance di pangkas alias chamber, meski saat itu masih pakai velg replika, saya menikmati itu karena bagian dari proses.  Setelah saya pakai satu tahun dan saya posting di Instagram. 

Efek yang kemudian timbul adalah banyak repost dari follower saya, dan beberapa media mulai meliput mobil yang saya modifikasi. Dan sejak itu saya menyimpulkan passion saya di dunia modifikasi. Lalu saya beli mobil-mobil berikutnya.

Seberapa penting modifikasi bagi mobil Kiki Anugraha, sehingga menjadi bagian lifestyle ?
Modifikasi cukup penting bagi saya pribadi. Suatu hari saya ingin menjual mobil saya secara standar, tapi kemudian respon market pembeli belum ada harga yang cocok.  Butuh waktu memang untuk mengembalikan mobil secara standar, 3 minggu tepatnya. Tapi effect yang timbul kemudian saya jadi cukup malas untuk merawat dan mencuci mobil.  Dari rasa malas inilah yang kemudian saya lawan dengan mengembalikan modifikasi yang proper untuk mobil tersebut. Mobil standar disatu sisi juga kurang menarik bagi diri saya maupun car enthusiast.


Tahun 2018 menjadi satu momentum kelahiran Karma Bodykit,  bagaimana prosesnya ?

Jujur saya memulainya dengan waktu yang cukup singkat, 6 bulan.  Saya kontak ke Monaco Auto Design (MAD), untuk soal design. Saya melihat postingan dari rendering design mereka, dan ada kecocokan.  Disitu saya sering email, video conference ke Monaco Auto Design. Mereka melihat profil saya, dan timbulah semangat chemistry yang sama untuk bekerjasama. Ide saya dan ide pihak MAD dikembangkan menjadi satu dan kemudian lahirlah Karma Bodykit yang ada di market saat ini.

Penjelasan design, material, dan market Karma Bodykit seperti apa ?
Secara material saya menggunakan FRP (Fiber Reinforced Plastic), sebuah bahan yang juga digunakan tuner aftermarket  yang dijual di luar negeri. Bisa dibilang FRP sesuai dengan grade A+,   atau sama dengan material brand seperti Varis dan Aimgain misalnya. Sektor aerodinamika dan fungsional juga menjadi bagian faktor penting dari pembuatan Karma Bodykit.

Soal target market, saya lebih memilih target market di luar negeri.  Karena yang saya fahami, untuk target market di Indonesia sendiri, masih mengekor gaya modifikasi yang sedang trend di luar negeri.  Meski kenyataannya, ada 4 unit Karma Bodykit yang terjual di dalam negeri, menurut saya itu menjadi bonus.  Dari saat launching 28 November 2018 hingga bulan Agustus 2019 kita sudah menjual 9 unit Karma Bodykit Toyota FT86. 

Di tahun 2019, cukup banyak orang atau netizen yang bertanya, kapan membuat bodykit tipe mobil lain. Tahun ini menjadi jawaban, karena di bulan September ini kami akan melaunching bodykit untuk tipe mobil yang baru.


Selain Karmabodykit, muncul kemudian muncul Jakarta Towing Shop (JTS) dan Jakarta Barber Shop (JBS), keduanya di ranah fashion dan otomotif?

Kalau boleh jujur semuanya berawal dari ketika Saya menjadi kastomer.  Seperti lahirnya Karma Bodykit, awalnya juga saya menjadi kastomer brand tertentu seperti Rocket Bunny. Lantas pertanyaan dalam diri saya, kalau suatu saat saya memiliki brand tersendiri, sesuai dengan design yang saya mau.

Begitu pula dengan kelahiran JBS, itu juga lahir dari kebiasaan saya ke barber dalam satu bulan bisa dua kali.  Kemudian lahirlah barbershop yang sesuai dengan design, interior yang saya mau. Begitu juga dengan towing, yang dalam satu bulan saya bisa melakukan 4 kali towing, maka lahirlah Jakarta Towing Shop (JTS), dengan spesifikasi yang lebih dari teknis market  yang ada. Pertama lebih landai dan kedua lebih lebar. Saya harap ini bisa memenuhi kebutuhan teman-teman pecinta modifikasi.

Makna innovasi bagi Kiki Anugraha untuk generasi sekarang ?
Semuanya dari Karma bodykit, Jakarta Barber Shop dan Jakarta Towing Shop mampu berjalan karena ada opportunity dan hubungan maintenance yang baik. Saya sendiri harus mengamati itu dengan cermat, sebelum dicreate di market.  
Inovasi, terkait apa yang belum ada  di market, dan kita bisa mengisi kekosongan itu.  Awalnya memang timbul pro kontra, tapi bagi BlackPals, tidak perlu takut akan itu, paling penting kita tahu apa yang kita jalani itu benar dan sungguh-sungguh.

Harapan Kiki Anugraha untuk generasi Milenial ?
Saya berharap untuk generasi millenial dengan era informasi sekarang ini cukup digunakan seefektif mungkin. Karena bila dimaksimalkan akan membantu mengembangkan bakat-bakat yang terpendam  dan lebih bisa di-explore lebih dalam.  Harapan yang lebih besar lagi, Indonesia menjadi tuner aftermarket yang menjadi pilihan (opsi) yang sejajar dengan tuner aftermarket di luar negeri. [Ahs/timBX]

Tags :

#
kiki anugraha,
#
karma bodykit,
#
local pride,
#
tuner,
#
tuner aftermarket,
#
jakarta barber shp,
#
jakarta towing shop,
#
monaco auto design,
#
black icon