MENU
icon label
image label
blacklogo

Neo Blits, Mobil Offroad Listrik Dari Indonesia

MAY 14, 2019@18:30 WIB | 155,587 Views

Blackpals, Reli Dakar merupakan salah satu ajang balapan otomotif terberat. Reli ini melintasi daerah gurun atau padang pasir yang jarak lintasannya sangat jauh dan tak hanya sehari saja balapan tersebut berlangsung. Bisa bayangkan berhari-hari berada di gurun itu bagaimana? Belum lagi lintasannya yang pasir, bisa becek, atau pastinya bukan aspal. Lebih mengejutkan lagi, tidak semua pembalap yang mengawali balapan dari garis start, tiba di garis finish, karena memang balapan tipe seperti ini banyak memakan korban.

Kita tidak ingin membahas mengenai balapan dakar, namun ingin membahas seputar kendaraannya. Jika kendaraan reli dakar kelas mobil menggunakan, ya bahan bakar. Lain dari mobil yang kami temukan di Telkomsel Indonesia International Motor Show (IIMS 2019). Universitas Budi Luhur memperkenalkan prototipe mobil reli dakar, dengan tenaga listrik. Sejatinya, mobil balap dengan tenaga listrik baru digunakan di Formula-e.

Dimas, salah seorang PIC dari Universitas Budi Luhur menceritakan awal mula universitas tersebut memulai proyek ini.

“Tren kendaraan listrik ini kan berkembang terus. Dari sini kami menyikapi ada tiga poin penting yang harus dikerjakan, yaitu seberapa jauh kemampuan jarak tempuh, dimana mengisi daya listriknya, dan waktu yang diperlukan setiap pengisian listrik,” ujar Dimas.

Universitas Budi Luhur (UBL) sendiri tertantang untuk mengembangkan mobil listrik, dengan mendirikan pusat studi mobil listrik Universitas Budi Luhur. Tidak hanya itu, proyek ini juga mendapat dukungan oleh Ketua BPH Yayasan Budi Luhur Cakti, Kasih Hanggoro dan Rektor Universitas Budi Luhur. Lebih lanjut Univ. Budi Luhur sudah merilis dua mobil prototipe yaitu Blits dan Neo Blits. Blits sendiri merupakan mobil listrik hasil kerjasama Univ. Budi Luhur sendiri dengan Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), sedangkan Neo Blits merupakan rakitan pribadi dari universitas yang berada di Ciledug tersebut.

“Untuk Blits sendiri pernah diuji coba dari Jakarta hingga Sabang, sejauh 3.333 km. selama perjalanan tidak ada kendala berarti untuk mobil listrik ini,” lanjut Dimas.

Mobil listrik Blits jika di isi tenaga, membutuhkan waktu hingga 4-6 jam, namun untuk sang penerus Neo Blits kali ini membutuhkan waktu relatif lebih lama, sekitar 18 jam, namun jarak tempuhnya hingga 280 km. Unit baterai ini diimport dari Cina, tepatnya milik LG Chem, namun untuk proses merangkai unit-unit baterainya langsung dikerjakan oleh UBL.

Mengenai biaya, pria berkacamata ini mengatakan kalau seluruh biaya dari riset awal, ditanggung seluruhnya oleh pihak Universitas Budi Luhur, sedangkan ITS merupakan tenaga pendidik dan trainer untuk Dimas dkk, dalam merakit komponen motor listriknya. Dimas juga mengatakan bahwa mereka dari UBL ditraining selama 2 bulan untuk mempelajari sistem kelistrikan dan baterai, seperti susunan baterai sel yang ditumpuk dan dirangkai sesuai tegangannya. Bodi Neo Blits, desainnya bekerjasama dengan Julian Johan, atlet offroader nasional yang akan menjadi pengguna offroad listrik ini diakhir musim.

“Susunan baterainya nggak boleh salah plus tegangannya. Kalau salah, komponennya bisa meledak. Kita disini tidak fokus dalam membuat mobil balap, tetapi kita khusus kelistrikannya saja. Karena kita tujuan untuk konversi listrik mobil masa depan,” lanjut pria berkacamata ini.

Mengenai rangka dan sasis tubular, pihak UBL bekerjasama dengan bengkel offroad Yogyakarta, Idek. Mengenai tenaga, karena memang ini masih prototipe dan masih banyak lagi riset tambahan, Neo Blits dibatasi memiliki tenaga 23 kW, dengan kecepatan maksimum 60 km/jam. Sistem suspensinya menggunakan gardan independen, double wishbone depan dan belakang dan dengan sistem penggerak rear wheel drive. Shockbreakernya sudah dispesifikasi untuk balap speedoffroad. Bagian as rodanya, custom dari Toyota Landcruiser, dan disesuaikan dimensinya. 

“Mobil ini masih diatur buat show saja. Kita nanti juga ada program show ke SMA dan SMK buat bedah teknologinya. Ada pertanyaan, kenapa kita buat mobil offroad listrik dan bukan passanger? Begini kita takutnya kalau membangun passanger car, disangka telah ditunggangi politik. Oleh karena itu kita bikinnya offroad. Lagi pula, sistem listrik yang kami rancang ini nantinya bisa dipakai di mobil passanger car lainnya seperti Rubicon, Fortuner, dan passanger car lainnya, karena sekali lagi kita fokus ke riset motor listrik,” ujar Tim Neo Blits yang baru hadir di booth milik UBL tersebut.

Untuk konversi tenaga/motor listrik ke konvensinal, menurut Dimas sudah siap, namun masalah biaya yang tinggi, menjadi penyebab terkendalanya pekerjaan itu. Bagaimana dengan pengisian dayanya? Dimas mengatakan untuk pengisian daya agar sedikit cepat, minimal rumah harus memiliki arus 2.000 Watt untuk dapat dicharge di rumah. Untuk ukuran 500 Watt sebenarnya juga bisa untuk mengecas mobil listrik Neo Blitz ini, namun pengisiannya akan membutuhkan waktu yang lama.

Teknis sulit memang di perakitan baterainya. Dimas bercerita, pada waktu dirakit, pernah sekali komponen baterai meledak, dan besi penyangganya panas hingga berwearna merah, karena kesalahan penyusunan, apalagi ampere yang dihasilkan besar.

“Teknis sulit pas rakit, karena masukin baterai harus hati-hati. Jadi benda logam harus dilapisi dulu dan tidak boleh ada yang terbuka. Kalau terbuka, nempel, arus pendek, langsung meledak. Melapisinya menggunakan isolasi. Jumlah baterai pun tak sedikit. Dalam satu pak baterai ada 144 buah baterai, dan harus disusun sebanyak 34 pak. Total 4896 buah baterai sel 3.7 volt, 3,4 ampere,” ujar Dimas.

Dilain sisi bodinya menggunakan bahan fiber, mobil ini menggunakan motor listrik pribadi dengan gear box dari Toyota Alphard. Alasan UBL tidak mengembangkan gearbox, diperkirakan akan membutuhkan waktu yang lama untuk riset dan juga biaya yang tinggi tentunya. Uniknya, untuk mobil yang kedua yang ditampilkan di IIMS 2019 kemarin, UBL mengatakan hanya merakit sekitar 1,5 bulan saja, mulai dari bodi, baterai, motor listrik, dan gearbox. Lebih lanjut lagi, untuk biaya keseluruhan mulai dari project pertama hingga sekarang menghabiskan sekitar 1,8 miliar.

“Cepat sih kalau merangkai project kedua ini, karena kita sudah paham dari project pertama yang kita kerjakan,” kata Dimas.

“Sebenarnya musuh terberat kita adalah waktu. Karena ketika kita ingin riset duluan daripada orang lain. Kita ingin juga menaikkan nama Fakultas Teknik Elektro Budi Luhur,” ujar tim Juru Bicara Neo Blits, Panca.

Rencana pembuatan mobil listrik ini dimulai 2 tahun yang lalu, dengan ide awal ini berasal dari Ketua Yayasan Budi Luhur, Kasih Hanggoro, karena berpengalaman ikut reli dakar 2010-2011. Ia ingin kembali mengikuti reli dakar namun menggunakan mobil listrik, dan mahasiswa dari UBL menjadi krunya. Julian Johan-lah yang nanti didaulat untuk menggunakan Neo Blits di kejuaraan speed offroad pada bulan November nanti. 

"Saat uji coba di speed offroad nanti, sistem penggeraknya sudah 4x4 layaknya mobil offroad. Sampai saat ini masih menggunakan rear wheel drive dan menyesuaikan dengan kemampuan elektrikal baterai. Jadi Neo Blits ini adalah perantara dari Blits pertama dengan versi offroad yang akan berlaga di bulan November nanti," tutur Julian.  

Lanjutnya, kebutuhan tenaga untuk speed offroad di kisaran 200 hp. Perihal ini yang sedang dikejar oleh tim Neo Blits dengan Fakultas Teknik Elektro Universitas Budi Luhur. Selain itu, menurut Johan, tugas utama mereka tidak hanya tenaga yang besar, namun juga memiliki durabilitas sekelas mobil offroad. 

Mengadopsi transmisi matic, gearbox yang digunakan masih mirip dengan mobil golf, agar bisa memutar gardan. "Butuh custom agar bisa benar-benar fungsional. Puncaknya akhir tahun nanti, kita akan terjun sebagai exhibition saja. Goals-nya nanti memang bakal dimainkan di Dakar, seperti cita-cita sang rektor kampus Budi Luhur," jelas Julian Johan atlet offroad di kelas 8 silinder, melengkapi keterangan kepada tim Blackxperience.com. 

“Ketika mobil balapan hingga mencapai special stage-nya (maks. 300 km), mahasiswa tinggal mengganti baterai saja, simple. Oleh karena itu, kita masih meriset tenaga biar bisa melaju hingga 300 km jauhnya,” tutup Panca.[prm/timBX]

Spesifikasi:

Spesifikasi Motor Penggerak:

  • Tipe        : Motor DC Seri
  • Voltage   : 48 Volt-72 Volt
  • Peak Power : 32 Hp (With 450 Ampere Controller)

Spesifikasi Baterai

  • Material Baterai: Li-Ion
  • Voltage: 72 Volt (Nominal) S/D 82 Volt (Fully Charged)
  • Ampere   : 1036 Ampere
  • Power   : 74,6 Kwh

Frame:

  • Suspension: Independent Front and Rear Suspension
  • Chasis: Tubular Chasis
  • Body : Custom Fiber

Tags :

#
automods,
#
modifikasi,
#
neo blits,
#
universitas budi luhur,
#
offroad listrik,
#
reli dakar,
#
mobil listrik,
#
iims 2019,
#
formula-e,
#
lg chem,
#
its