

DEC 28, 2025@13:00 WIB | 94 Views
Setelah bencana kosmik hampir memusnahkan umat manusia, semesta Greenland berlanjut lewat sekuel berjudul Greenland: Migration. Film ini kembali mengangkat tema survival manusia, bukan lagi sekadar menghadapi kehancuran, tetapi perjuangan membangun ulang kehidupan di dunia yang sudah berubah total.

Lantas, apakah mereka beneran survive atau memang memanjangkan hidup mereka di planet yang mungkin sebentar lagi akan hancur luluh lantak?
Sinopsis
Beberapa tahun setelah komet Clarke menghantam Bumi, John Garrity dan keluarganya berhasil bertahan hidup di bunker Greenland bersama sisa-sisa umat manusia. Namun, kehidupan di bawah tanah bukanlah solusi jangka panjang. Sumber daya menipis, konflik antar penyintas meningkat, dan harapan akan kehidupan normal perlahan memudar.

Ketika muncul informasi bahwa sebagian wilayah Bumi mulai kembali layak huni, John dan keluarganya harus mengambil keputusan berbahaya: meninggalkan perlindungan bunker dan melakukan perjalanan panjang melintasi daratan Eropa yang hancur.
Migrasi ini membawa mereka menghadapi ancaman baru, mulai dari kondisi alam ekstrem, kelompok manusia yang putus asa, hingga dilema moral tentang siapa yang layak diselamatkan di dunia yang hampir runtuh.

Di tengah perjalanan tersebut, John dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit yang menguji kemanusiaannya. Greenland: Migration tidak hanya menyoroti bahaya fisik pasca-apokaliptik, tetapi juga konflik batin manusia yang berusaha mempertahankan empati di tengah kehancuran peradaban.
Jadi Apakah ini Langkah Terakhir?

Jika film pertamanya berbicara tentang bertahan hidup dari kiamat, Greenland 2: Migration berbicara tentang apa arti hidup setelah kiamat itu sendiri. Dengan skala cerita yang lebih luas dan konflik yang lebih personal, sekuel ini menempatkan manusia sebagai ancaman sekaligus harapan terbesar bagi sesamanya. Sebuah kelanjutan yang lebih emosional, lebih kelam, dan relevan dengan ketakutan dunia modern. [Adi/TimBX]