MENU
icon label
image label
blacklogo

Rio Haryanto : Misi Mencetak Sejarah Baru di Dunia Balap

APR 08, 2019@14:30 WIB | 16,890 Views

Memasuki tahun 2019, Rio Haryanto  merasakan dunia baru di balap GT3 series, Blancpain GT Series dan Asian Le Mans Series. Meski sebenarnya, dunia Balap yang dilakoni Rio tidak benar-benar baru, karena sebelumnya dia telah  mencicipi dunia balap GT4 di Shanghai akhir 2018 bersama tim Audi di kelas GT4.  Apa yang menjadi perbedaan antara dunia Formula 2 dan Formula 1 yang telah ia lakoni dengan balap touring dan endurance di kelas GT3 Series?

“Dikelas open wheel sektor aerodinamika jauh lebih besar pengaruhnya, sedangkan di close wheel (seperti GT Series) lebih didorong faktor mechanical work,yang membantu mobil melaju lebih cepat di setiap lap times,” jelas Rio Haryanto  kepada Tim Blackxperience.com.

Tahun 2019 bagi Rio merupakan anugerah, dengan kembali ke kokpit untuk membalap di ajang bergengsi Blancpain GT Series dan Asia Le Mans Series. Kondisi vakum dari dunia balap tidak membuatnya menghentikan cita-cita membawa harum nama Indonesia. Kemudian challenge datang kedua kalinya, dengan bergabungnya Rio dengan T2 Motorsports adalah sebuah tantangan besar bagi dirinya dan tim.

Ia merasa cukup surprise ditengah tidak ada dukungan untuk kembali ke dunia balap, malah di akhir 2018 ditawari untuk membalap di GT3. “Saya ditawari oleh Jefri selaku sekretaris T2 Motorsports. Kemudian  ada sebuah pertemuan kecil, antara saya dan pak Irmawan serta tim T2. Dari pertemuan tersebut saya terlecut, untuk memperjuangkan ambisi T2 Motorsports meraih podium di GT car, tidak hanya sekedar ikut balap. Saya berharap dukungan dari masyarakat Indonesia untuk bisa tembus di Le Mans 24 Hours,” aku Rio.

“Tantangan kami cukup besar, dan saya cukup senang dengan tantangan ini, “ aku Rio. Dunia GT3 yang akan ia lakoni tidak terlalu banyak perubahan dengan yang ia rasakan di kelas GT4 Shanghai dengan Audi R8nya. Bagi Rio, balap di Sepang menjadi improvement pertama bagaimana iklim balap di dunia GT3.

Setiap tim yang bertarung di kelas GT3 Series memiliki 2 driver. Di Tim T2 Motorsport mengawinkan nama besar David Tjiptobiantoro dengan ex pembalap F1 Rio Haryanto. Antara start dan pitstop menjadi faktor penting. Start yang baik dan kesinambungan menjaga posisi antara pembalap, dan faktor berikutnya untuk pitstop guna pergantian pembalap setiap 30 menit atau pilihan ban yang sesuai dengan kondisi cuaca. Tidak kalah penting, adjustment teknis mobil itu sendiri.

Antara David dan Rio saling berbagi tugas. Bila di Race 1, Rio yang bertugas mengejar membubuhkan quality time 1 terbaiknya, maka Rio yang akan menjalani start di Race pertama. Begitu juga bila David sebagai tester di quality time race 2, maka Davidlah yang akan bermain pertama saat bendera start dikibarkan.

“Blancpain GT Series adalah balap berbasis endurance dan touring, juga mengandalkan teknik share driver. Tim kami T2 Motorsports akan menerima masukan dari dua driver sekaligus, guna menghasilkan setingan mekanikal yang mampu melawan tim lain dengan mobil kelas GT3. Tim kami bekerja memberikan setingan kompromi untuk Saya dan David, “ jelas Rio.

Untuk tembus ke Le Mans 24 Hours, Dirinya dan David harus menjadi nomor satu klasemen di GT Series. T2 Motorsports memiliki kompetensi untuk bermain di kelas tersebut, namun dengan syarat yang berat pula tentunya. “Keinginan terbesar saya adalah mencetak sejarah baru di kelas berbeda. Target setiap balap harus kami capai untuk mempermudah ke titik tersebut. Hal itu tentunya dapat dimulai dari raihan kualifikasi yang baik,” jelas Rio.

Menurut Rio, regenerasi pembalap muda juga berlangsung on progress. Ada banyak pembalap muda yang telah atau sedang menuju kasta tertinggi. Rio mengaku cukup senang dengan apa yang mereka capai, seperti Pierre Gasly di Red Bull dan Charles Leclerc yang telah bergabung dengan tim Ferrari di kelas Formula 1. “Mereka adalah pembalap muda berbakat, dan tidak saya pungkiri dia seangkatan dengan saya, dan bakat balapnya didukung dengan financial yang mumpuni,” tutur Rio.

Sejak vakum balap dirinya tetap berlatih secara fisik, seperti bermain gokart, fisik dan simulator. “Saya cukup sayangkan dengan karier saya mencetak sejarah sebagai pembalap Indonesia di Formula 1 di tahun 2016. Tantangan yang saya lewati cukup besar, tahun pertama di F1 bisa performa bagus, itu menjadi cukup sulit. Faktor unlucky, tidak  tim yang bagus, dan financial yang bagus,” jelasnya yang mengisi kekosongan waktu dengan berbisnis dan menyelesaikan S1 Manajemen Bisnis.

Bagi Rio turut kasta dari Formula 1 ke GT3 Series tidak menjadi masalah. Baginya balap di kasta tertinggi memerlukan tim yang hebat, dan financial yang kuat, selain bakat balap itu sendiri.  Rio adalah pemuda yang mampu cepat beradaptasi, dan baginya itu menjadi salah satu inovasi yang ia terapkan dalam pribadi dan kariernya.

 “Setiap orang harus mampu membangun sisi kreatifitas dan inovatif dalam dirinya. Karena setiap orang yang inovatif, selalu akan diberikan advantage yang lebih besar untuk sukses,” tutur Rio yang selalu membuka diri untuk balapan di berbagai kelas bergengsi di dunia. [Ahs/timBX]

Tags :

#
blackicon,
#
rio haryanto,
#
gt3 series,
#
asian le mans,
#
pembalap indonesia