MENU
icon label
image label
blacklogo

Menengok Masa Depan F1 dengan Mobil Balap Elektrik

APR 11, 2019@20:00 WIB | 3,445 Views

Perkembangan industri otomotif kian hari kian menunjukan orientasi pada kendaraan yang ramah lingkungan. Pun demikian dengan kendaraan yang beradu kecepatan dalam lintasan balap. Formula 1 (F1) yang disebut-sebut merupakan ajang balap paling bergensi di muku bumi, mulai bergemining dengan menunjukan ketertarikannya pada kendaraan yang bersumber tenaga listrik tersebut.

Yang paling baru, Bernie Ecclestone, mantan orang nomor satu di F1, mengkhawatirkan masa depan bisnis balapan jet darat itu seiring perkembangan pesat mobil-mobil balap bertenaga listrik. Kekhawatiran tersebut disampaikannya jelang balap Grand Prix China yang diklaim sebagai balapan ke-1000 dari F1.

Menurut pria berkebangsaan Inggris itu, suara mesin mobil-mobil Formula 1 saat ini terlalu sunyi dan tidak terlalu bergemuruh dibandingkan dengan zamannya memimpin F1.

“Suara mobil-mobil itu terlalu pelan, dan saya melihat masa depan balapan [F1] yang lebih sunyi lagi,” katanya.

Saat ini, kejuaraan balap mobil elektrik dengan strata paling tinggi di dunia adalah Formula E. Dan Formula E,menurut Bernie, akan tumbuh menjadi industri raksasa di masa depan dengan keterlibatan pabrikan-pabrikan besar.

"Suatu bentuk hiburan yang berbeda namun Formula E akan semakin besar dan semakin besar, itu lah yang sedang terjadi pada mereka," ujarnya.

Barnie mengungkapkan, jka usianya 50 tahun lebih muda dari sekarang, dia akan tetap memilih menjalankan sirkus Formula 1. Namun kenyataannya, mantan Ketua Eksekutif Grup Formula 1 itu melirik balapan Formula elektrik sebagai bisnis yang menjanjikan banyak peluang baru.

"Ada lebih banyak kesempatan untuk melakukan ekspansi besar di sana dan lebih banyak peluang secara komersial dari pada melakukan perubahan di Formula 1," tuturnya soal Formula E.

Sebagai informasi, saat ini ajang Formula 1 merupakan kejuaran balap mobil yang masih menggunakan bahan bakar konvensional (minyak) sebagai sumber energi penggerak. Sedangkan Formula E merupakan balapan mobil formula yang memanfaatkan listrik sebagai elemen utama penggerak mesin.

Formula 1 tidak bisa serta merta merubah spesifikasi mobil F1 untuk beralih ke tenaga listrik. Karena, Formula E telah memegang lisensi eksklusif dari FIA untuk kontrak selama 25 musim balap sebagai entitas penyelenggara kejuaran mobil formula bertenaga listrik sejak 2014. Artinya, keputusan perubahan regulasi mobil F1 untuk bermigrasi ke mesin elektrik baru memungkinkan setelah tahun 2039.

Dalam kesempatan terpisah Presiden FIA Jean Todt mengatakan, balapan F1 dan Formula E merupakan dua ajang yang memiliki karakteristik sangat berbeda.

“Formula E tidak punya performa yang ada di Formula 1. F1 merupakan kategori balap yang sudah mapan. Sementara Formula E adalah bayi dari FIA, jadi masih banyak yang harus dipelajari. Tapi meskipun begitu, Formula E berkembang dengan sangat baik,” imbuhnya.

Merujuk pada laman sciencefocus.com, kecepatan maksimal sebuah mobil F1 adalah 378 km/jam, sementara mobil Formula E hanya 225 km/jam.

Pun dengan akselerasinya. Untuk mencapai 100 km/jam dari titik nol, mobil F1 membutuhkan waktu sekejap, hanya 2,1 detik, sementara Formula E sampai 3 detik. Tak heran kalau mobil-mobil F1 dijuluki "jet darat".

Ditilik lebih dalam, tenaga yang keluar dari penggerak Formula E bahkan hanya satu pertiga dari mesin hybrid 1,6 liter milik Formula 1. Mesin F1 semburkan tenaga sampai 950-an Tk, sementara motor Formula E hanya setara 268 Tk.

Laman carthrottle.com menyebut ketertinggalan Formula E disebabkan karena "keterbatasan baterai dan motor" itu sendiri. Namun bukan tidak mungkin di masa depan ketertinggalan ini bisa disusul.

Satu aspek lain adalah soal kebisingan. Jet darat Formula 1 tingkat kebisingannya mencapai 134 dB, sementara mobil Formula E hanya 80 dB. Sebagai gambaran, pesawat terbang tingkat kebisingannya itu 90-100 dB.z

Tags :

#
f1,
#
grand prix,
#
fe