

DEC 24, 2025@18:00 WIB | 46 Views
Black Talk terkait car audio industri yang melompat begitu signifikan. Kali ini menawarkan sebuah pembahasan transformasi teknologi yang luar biasa di dunia car audio. Salah satunya teknologi DSP (Digital Signal Processor) yang menyederhanakan tampilan lebih mungil dan portable serta sudah include dengan amplifier.
Perkembangan digital audio jadi sangat signifikan. Mindset dulu orang dengan power watt besar dan amphere besar, namun menggerus space yang seharusnya untuk bawaan barang, spesialnya buat keluarga.

“Mobil ini buat angkut keluarga dan barang, jadi kalau buat instalasi harusnya lebih simple, dan jangan terlalu makan space,” terang bro Steven dari AJM Audio Work.
DSP-M yang ukurannya kecil, bisa menghasilkan output suara yang dulunya menggunakan part audio yang besar. Efisiensi lebih besar dan kualitas lebih meningkat.
“Secara input daya lebih kecil namun sudah di kelas D, jadi watt lebih kecil terapi kualitas audio tetap strong, dan space bagasi mobil tetap besar, DSP memproses data digital ke data analog,” jelas Ricky dari Revealing.
Mobil listrik sekarang ini makin canggih, integrasi sistemnya harus kita pikirin. Sistem A to B system pada mobil baru, seperti butuh aplikasi ken-bass yang bisa merubah dari data digital ke data analog.
“Mobil listrik baru, kalo kita copot modulnya, malah bikin error, fitur-fiturnya ga berfungsi. Kontrol dari layar dan tidak bisa sembarangan,” terang Ricky.
DSP-M secara penggunaan daya simple, tidak besar karena kelas D, buat mobil harian simple banget.
How to Install Car Audio
Kalau pemilik mobil sudah merasa cukup dengan output suara pabrikan, mengapa ada keinginan untuk upgrade part dengan budget minimal, namun tidak menjamin kualitas audio bertambah baik.

“Apa yang lo kejar dari output suara standar pabrikan yang sudah bagus. Kalau emang pengen output lebih bank, budgetnya ya harus lebih besar. Rumusnya spent money harus lebih besar dari sistem asli pabrikan yang sudah tuning baik, dan kualitas speaker juga lebih baik, seperti JBL dan DN Audio pada Denza dan BYD. Kalau masih sama budgetnya, buat apa, wasting time dan money,” cetus Steven.
Case in case, kalau hanya ingin menambah DSPM saja dengan budget yang tidak lebih mahal dari aslipnya, ya buat apa? Output suara bisa lebih buruk kalau penanganan tidak sesuai.
“Idealnya, arah modifikasi car audio itu ya harus lebih mahal. Secara output tuning audio buat mobil passanger itu kan memang buat semua posisi pasenger. Sementara workshop lebih ke posisi pengemudi. Jadi orientasi upgrade harus lebih diperhatikan, terutama untuk brand China seperti BYD dan Denza,” terang Ricky.
Industri Car Audio Kelewat Maju
Soal industri car audio yang ada di Indonesia, sudah dipastikan menjadi industri paling maju di kawasan Asia. Parameter untuk mengukurnya terlihat dari jalannya kompetisi yang terjadi selama satu tahun.
Perkembangan teknologi yang cukup massive ini di Indonesia, didukung dengan skala kontes car audio yang diselenggarakan dari berbagai asosiasi di Indonesia bisa 50-60 kali dalam 1 tahun. Memang belum seramai era 2004-2007 dimana industri car audio mencapai peak-nya untuk SPL. Namun era sekarang meski SPL tetap dipertandingkan, trend kontesnya bergeser ke SQ, dan SQL dan tren bakal mengarah ke sana (mengulangi peak 2004-2007 dimana peserta kontes bisa lebih dari 100 peserta ).
“Tuner audio di Indonesia bukan orang sembarangan. Skill mereka tinggi dan gak kalah sama tuner luar, karena memang banyak tuner audio yang sering ikut kontes. Ditambah dengan ketersediaan produk memang melimpah, dan membutuhkan wadah kontes guna mengukur kompetensi para tuner,” tutur Arif dari Media Amoplus. Para tuner Indonesia yang bermain di Taiwan, berhasil memenangkan kontes internasional.

Sementara Asosiasi tuning audio international yang ada di Indonesia, meliputi IASCA, EMMA, CAN, USACI, ICA, MECA dan ESQC. Hanya satu asosiasi CAN yang lahir dari Indonesia, sisanya dari luar negeri. Karena banyaknya asosiasi tersebut akhirnya melahirkan tuner Indonesia yang jago dalam menciptakan car audio yang berkualitas.
“Negara tetangga Singapura, Malaysia dan Thailand ga punya asosiasi car audio yang begitu banyak seperti di Indonesia. Bisa dikatakan seluruh asosiasi car audio Indonesia berjalan dengan berbagai kompetisinya. Kalau dijumlahkan, bisa mencapai 50-60 kali dalam setahun, dan itu tidak ada negara pembanding di dunia, kecuali Amerika Serikat,” ungkap Steven dari AJM Audiowork.
Pastinya efek kompetisi car audio yang begitu banyak, meningkatkan value bisnis bagi workshop audio di Indonesia.
“Dengan kompetisi di berbagai assosiasi, adalah lahan bermain yang baik dengan jenjang kelas yang multiple. Artinya gambarannya jelas, Setiap customer kami memang kita ajak berkompetisi di kelas yang sesuai. Bila ingin naik kelas, tentunya mereka juga harus upgrade part,” tambahnya. [Ahs/timBX]