MENU
icon label
image label
blacklogo

Teknologi Fast-Charging Bisa Berakibat Cell Baterai Cepat Drop, Kok Bisa?

FEB 09, 2023@18:13 WIB | 2,218 Views

Tingginya pasokan brand motor listrik dengan paket baterai lithium, membutuhkan cara yang pas, agar mampu mengurangi kerusakan sel.  Ternyata banyak cell yang turun lebih cepat, dan mati. 

Sebuah penilitian dari Stanford University menemukan fakta bahwa seluruh baterai bisa mendapat peluang lifetime lebih lama. Fakta mengapa cell-cell baterai dalam satu baterai lebih lemah dari yang lain. Ada kemungkinan antara cell baterai satu dengan yang lain berbeda material atau pabrik yang berbeda.

Salah satunya baterai dengan single cell lebih bisa bertahan lama dibanding baterai pack rata-rata. 

"Jika tidak ditangani dengan benar, cell baterai yang heterogen dapat membahayakan kesehatan baterai, sekaligus keamanan dan bisa rusak lebih dini," tutur Simona Onori, asisten profesor  Energy Science Engineering dari Stanford Doerr School of Sustainablity.

Case yang terjadi, teknologi fast charging dan discharging membuat cell  baterai stres. Karena material yang tidak sama, cell tertentu lebih cepat memburuk. Jadi kesimpulan sementara apakah teknis pengisian standar baterai pada kecepatan yang sama bisa membuat baterai cepat rusak. Ini fakta yang harus dipecahkan.

"Sejauh yang kami ketahui, penelitian sebelumnya telah menggunakan model baterai dengan ketelitian tinggi dan mampu bertahan dalam skala waktu yang kami tentukan," tambah Onori.

Jalan keluarnya adalah dengan metode pengisian pada cell sesuai dengan daya yang ditentukan. Teorinya cell yang kuat bisa diberikan tekanan tertinggi. Sementara cell yang menurun harus diberikan tekanan lebih lembut, hingga penurunan cell tidak cepat rusak.

Fakta lain, jika pengisian cell dilakuan secara individu  bisa meminimalisir kenaikan suhu dan degradasi cell. Untuk mengisi sekitar 20% itu dengan standar charging, lebih baik daripada menggunakan metode pengisian cepat.

Kelemahan saat pengisian baterai EV atau ponsel dengan fast charging, tidak semua cell mampu menerima daya besar. Jadi lithium perlu diberikan treatment yang berbeda, supercharger dan stand charger harus bisa diberikan hak yang sama.  

Siklus pengisian lebih baik dilakukan sebelum baterai benar-benar kosong. Karena dari posisi kosong ke 20 persen, butuh treatment charger yang standar, agar tekanan daya tidak membuat cell cepat stress. Apalagi tingkat kesehatan masing-masing cell berbeda.

"Teknologi lithium ion telah merubah banyak hal. Namun kerusakan baterai bakal menjadi massal karena manajemen yang salah," tutup Onori dikutip dari laman NewAtlas.com. [Ahs/timBX]   

Tags :

#
teknologi fast charging,
#
cell baterai awet,
#
standar charging,
#
cara charge baterai ev

RELATED ARTICLE