

DEC 19, 2025@15:00 WIB | 62 Views
Blackpals, memasuki tahun 2026, pilihan kendaraan makin beragam. Dari mobil dan motor bensin, hybrid, sampai EV (Electric Vehicle) yang makin ramai di jalanan Indonesia.
Tapi pertanyaannya sederhana mana yang benar-benar worth it dibeli sesuai kebutuhan kita? Nah hal ini jadi topik dalam perbincangan alias ngobrol-ngobrol seru, dalam Blacktalks BlackXperience.
Jawabannya jelas bukan hitam putih. Karena di dunia otomotif hari ini, EV bukan pengganti total mesin bensin, tapi justru hadir sebagai opsi baru di tengah perubahan gaya hidup dan kebutuhan mobilitas masyarakat.
Untuk membahas ini lebih dalam, kami ngobrol dengan dua narasumber yang aktif di dunia otomotif:
Pertama ada bro Aldi Prihanditama alias Didot, pecinta otomotif roda empat sedangkan tandemnya ada Bro Ready Mologi, influencer roda dua yang juga pengguna motor EV
EV di 2026: Solusi, Bukan Pengganti Total
Menurut Didot, fenomena EV di Indonesia saat ini mirip seperti awal masuknya Android dulu.
“Memang beberapa waktu ini EV booming, sekali masuk Indonesia banyak brand mengingatkan kita kayak waktu Android masuk Indonesia. Dari yang entry sampai high level ada.”buka Didot.
Namun, Didot menegaskan bahwa EV tidak akan menggantikan mesin bensin sepenuhnya.“EV baik mobil dan motor enggak akan gantikan ICE (Internal Combustion Engine) alias mesin bensin tapi jadi solusi dan pilihan sebagian orang.”sambung cowok yang masih setia dengan Toyota All New Corolla dan Yamaha Mio karburatornya ini.
EV sangat masuk akal untuk kebutuhan tertentu, terutama mobilitas jarak dekat. “Kalau yang jalannya dekat dari rumah ke stasiun aja kan sayang kalau pakai mesin bensin apalagi cc besar, nah pakai EV lebih irit.”tambah Didot
Tapi ada catatan penting yang tidak bisa diabaikan, yaitu infrastruktur. “Begitu banyak brand EV yang masuk ke Indonesia tidak berbanding dengan SPKLU yang ada, tumbuhnya tidak linear dengan pertumbuhan mobil EV.”terusnya
Artinya, EV itu masuk akal, tapi harus realistis melihat kondisi pemakaian dan wilayah.
Pengalaman Pakai Motor EV Jelas lebih Hemat, Tapi Harus Pintar Hitung
Dari sisi roda dua, Ready Mologi berbagi pengalaman langsung sebagai pengguna motor listrik.“Berdasarkan pengalaman gue di EV, kebetulan gue pakai juga motor EV, pertama memang jauh lebih hemat dibanding motor bensin.”suara bro Ready yang datang ke studio pakai motor listrik ini.
Namun, ada satu hal yang menurut Ready wajib diperhitungkan. “EV kekurangannya menurut gue kita harus perhitungkan jarak dan waktu penggunaan.”sambungnya.
Menurut bro Ready, Motor EV cocok buat:
Komuter harian
Jarak pendek–menengah
Rute yang jelas dan terukur
Bukan berarti jelek, tapi harus sesuai gaya hidup.
Jangan Lupakan Bensin dan Hybrid
Masuk ke kendaraan bensin, Didot melihat pasar Indonesia masih sangat kuat. “Pangsa pasar bensin sama listrik itu masing-masing, produsen pasti punya produk ketiganya yaitu EV bensin dan hybrid.” kata Didot.
Di antara bensin dan listrik, ada satu irisan yang sangat relevan untuk Indonesia.“Nah di antara listrik dan bensin tuh ada irisannya yaitu hybrid, nah ini menurut gue Indonesia itu harusnya hybrid dulu.”menurut Didot.
Kenapa hybrid terasa paling masuk akal? Faktor kebiasaan juga berpengaruh “Kenapa banyak produsen yang setia dan berani keluarkan mobil bensin, karena mungkin bidikan pasarnya tidak di kota besar saja, kayak Jakarta. Contoh Magelang atau Indonesia Timur, kendaraan EV porsinya kecil banget. Contoh kalau orang daerah sukanya tuh mobil bensin atau solar, penggerak belakang dan manual.”ujarnya
Hybrid di Motor: Diam-diam Efisien
Di roda dua, hybrid juga mulai muncul dan punya peran penting.“Motor juga ada hybrid, contoh kelas 125 kayak Vilano. Hybrid di motor itu fitur untuk lebih irit bensin.”seloroh Ready.
Ready menyebut hybrid motor sangat cocok buat mobilitas tinggi. “Kalau bicara di motor teknologi hybrid, itu untuk lebih irit untuk orang-orang mobilitas tinggi. Bensinnya itu bisa 1 banding 50 yang gue pakai Vilano.”sebutnya lagi.
Pengalaman nyatanya pun cukup mencengangkan. “Gue alami isi Pertamax full 50 ribu, itu dari Jakarta ke Bogor masih full. Ketika udah setengah baru mulai boros, balik lagi tergantung gaya berkendaranya.”tutup Ready.
Jadi, Mana yang Worth It di 2026?
Blackpals, kesimpulannya sederhana:
EV cocok buat komuter jarak dekat dan pengguna urban
Bensin masih relevan, terutama di daerah dan kebutuhan fleksibel
Hybrid jadi jalan tengah paling realistis untuk Indonesia saat ini
Tahun 2026 bukan soal memilih mana yang paling “modern”, tapi mana yang paling cocok dengan kebutuhan, rute, dan gaya hidup kita. EV bukan musuh mesin bensin, dan bensin bukan musuh EV. Semuanya hidup berdampingan.
Yang penting, Blackpals beli kendaraan sesuai kebutuhan, bukan sekadar ikut tren. Penasaran pengen tau lebih banyak, klik dan tonton video di bawah ini Pals.
[ziz/timBX].