MENU
icon label
image label
blacklogo

4 Pabrikan Besar Otomotif Yang Gagal di Formula 1

APR 18, 2022@16:30 WIB | 1,964 Views

Formula 1 dari masa ke masa didominasi oleh produsen mobil, baik itu seluruh tim kerja atau pemasok mesin. Dengan pemberitaan baru-baru ini mengenai Audi dan Porsche yang akan ikut berlaga di kejuaran balap mobil terbesar dalam waktu dekat, kami ingin mengingatkan pembaca tentang pabrikan yang bisa dikatakan gagal total di kancah Formula 1.

1. Toyota

Pabrikan asal Jepang ini bisa dikatakan adalah pabrikan yang mungkin bisa dibilang paling gagal total dalam sejarah F1. Selama delapan tahun, Toyota menghabiskan banyak uang hanya untuk merebut tiga pole position, 13 podium, dan tanpa kemenangan.

Toyota sendiri menginvestasikan sejumlah uang yang paling besar, mereka memiliki harapan besar karena fakta bahwa mereka menjadi produsen mobil paling terkemuka di dunia. Itu sebabnya skala kegagalannya di ajang Formula 1 begitu besar.

Sejak awal, Toyota meremehkan dunia F1 yang bergerak cepat, berpikir bahwa mereka dapat berhasil dengan modal sebagai “perusahaan otomotif terbesar sedunia”. Tentu, ini adalah pendekatan yang sangat baik untuk model seperti Corolla atau Celica, tetapi tidak untuk mobil F1.

2. Subaru

Subaru terkenal di dunia motorsport karena keberhasilan dalam World Rally Championship (WRC), dan sering dilupakan bahwa Subaru juga pernah juga tampil di ajang F1. Walau demikian, Subaru lupa bahwa mobil reli dan single-seaters sangat berbeda.

Setelah upaya pertama untuk bekerja sama dengan tim Minardi gagal, Subaru malah memilih untuk bermitra dengan rival dari Minardi, Coloni, membeli 51% dari grup ini.

Namun, mesin boxer V12 3,5 liter Subaru terasa berat, tidak dapat diandalkan, dan tidak bertenaga. Setelah gagal lolos ke delapan balapan pertama musim 1990, perusahaan induk Subaru memutuskan untuk menarik diri sebelum mesin baru yang lebih baik dapat diperkenalkan.

3. Jaguar

Terlepas dari kehebatan mesinnya, Ford tidak memiliki tim sendiri di F1. Namun, pada tahun 2000, mereka mengambil alih tim Stewart dan mengganti namanya menjadi Jaguar, karena Ford adalah pemilik Jaguar kala itu.

Ide dasarnya adalah untuk mendominasi Formula 1 sebagai "Ferrari Inggris", tetapi di tahun pertama mengikuti kompetisi, Jaguar gagal total. Hasil terbaik untuk Jaguar diraih oleh Eddie Irvine, yang menempati posisi ketiga di Grand Prix Monaco 2001, dan satu tahun kemudian di Monza. Pembalap Australia Mark Webber menyajikan penampilan fantastis selama dua tahun, tetapi Jaguar tidak pernah finis lebih tinggi dari peringkat ketujuh di klasemen.

Ford kehilangan minat di F1 dan anggaran berkurang. Setelah mempertimbangkan rebranding tim sebagai tim Ford, pabrikan asal Amerika ini memutuskan untuk menarik diri dari dunia Grand Prix. Red Bull membeli tim Jaguar pada tahun 2005, memenangkan empat Kejuaraan Dunia antara 2010 dan 2013, dan sekarang menjadi salah satu tim terkuat di ajang F1.

4. Lamborghini

Pabrikan supercar Italia itu bertahan di F1 dari 1989 hingga 1993, hanya meraih satu podium di Grand Prix Jepang 1990. Saat itu, Chrysler adalah pemilik Lamborghini, memasok mesin V12 ke tim Larrousse Prancis dan kemudian ke Lotus. Untuk musim 1993, Lamborghini memfokuskan semua upayanya pada mesin, memasok Larrousse dengan mesin V12 yang baru dan lebih baik.

Ayrton Senna menguji McLaren Lamborghini, yang 60 hp lebih bertenaga dan lebih ringan dari mesin Ford yang digunakan sebelumnya. Pembalap asal Brasil ini menggunakan mesin buatan Lamborghini ini di tiga balapan terakhir musim 1993. Namun, McLaren menandatangani kontrak dengan Peugeot untuk musim 1994, dan mesin Lamborghini tidak pernah terlihat lagi di gelaran Formula 1. [fdlh/era/timBx] berbagai sumber.

Tags :

#
formula 1,
#
toyota,
#
subaru,
#
jaguar,
#
lamborghini