JUL 31, 2018@11:45 WIB | 10,801 Views
Mobil Toyota GT86 memiliki ruang hati pada otomotif enthusiast di Indonesia. Sekedar hobby untuk weekend bersama anak komunitas untuk morning run, atau ngopi bareng bersama berbincang-bincang soal hobi otomotif mereka. Desain yang sporty dan memiliki body yang aerodinamis, Toyota GT86 yang bergaya sport coupe, dua pintu berbekal mesin berkapasitas 2.0 berkode 4U-GSE mendistribusikan daya secara manual atau otomatis melalui 6 percepatan. Tenaga yang dihasilkan mencapai 200hp, dengan kecepatan maksimum 202 kpj. Kali ini tim Blackxperience.com akan mengulas modifikasi mobil Toyota GT86 ini kepada sang owner Ongky Setiawan, 47 tahun.
Ditangan ownernya, Toyota GT86 rupanya tidak terlalu lama dibiarkan dengan kondisi standar pabrikan. Ada alasan yang boleh dibilang urgent, mengingat komunitas mobil bernama speedlover yang ia bangunnya, saat itu mulai saling meracuni sesama anggotanya. Mereka saling memaksimalkan power mesinnya saat melintasi jalan tol saat menggelar morning run. Sesampai destinasi, terbuka diskusi panjang soal bagaimana kecepatan mobilnya bisa diatas rata-rata pabrikan. Dari acara itulah, Ongky dan kawan-kawan merasa modifikasi sektor mesin menjadi penting.
"Saya sendiri mulai modifikasi mesin untuk menghasilkan kecepatan maksimum, namun tetep mengindahkan faktor keamanan mobil. Jadi modifikasinya tetap terkontrol, dan aman saat dikendarai, selain kecepatan tinggi, faktor pengereman juga menjadi bagian penting, " aku Ongky kepada Blackxperience.com yang pernah menyentuh kecepatan hingga 285kpj dengan Toyota GT86 miliknya.
Secara umum stage modifikasi mesin secara umum dikenal menjadi 4 stage. Langkah pertama biasa disebut dengan reflash, stage kedua biasa disebut exhaust system, stage ketiga biasanya orang ingin memasang turbocharged, dan stage keempat orang biasanya mengganti internal engine.
Pertama kali mobil ini basic mesinnya naturally aspirated, Bro Ongky memulai modif dengan part-part racing untuk menghasilkan horse power yang lebih. "Modifikasi dengan memasang part racing berdampak pada naiknya power. Namun kenaikannya ya boleh dibilang tidak signifikan," jelas lelaki 47 tahun founding father dari Speedlover tersebut.
Akhirnya ia mempelajari step by step, membaca lebih dalam kajian literatur agar Mobil kesukaannya mampu menghasilkan kecepatan maksimum. "Saya akhirnya memutuskan untuk menggunakan supercharged, dan hasilnya lumayan powernya lumayan naik. Namun kita tidak bisa antisipasi kerusakan mesin. Yang terjadi mesin saya rusak setelah menggunakan supercharged," kisahnya. Dari kejadian itu, dirinya ambil kesimpulan block mesin tidak mampu bertahan, jika dimaksimalkan boreup terlalu besar.
Kebanyakan pecinta otomotif mengarahkan kiblat modifikator di negeri Paman Sam misalnya, mereka hanya menampilkan hasil cangkokan part, kemudian puas dengan hasil test dyno. "Test dyno itu sebenarnya cukup enteng, cukup menginjakkan kaki ke throttle dalam 20 detik, hasilnya akan terlihat. Namun bagaimana reliability mobil tersebut di jalan tol selama 20 menit misalnya, termasuk yang menjadi pertanyaan seberapa kuat durabilitasnya? Jangan sampai durabilitas mobil hanya bertahan dalam hitungan hari atau bulan," terang Bro Ongky.
Atas pengalaman tersebut, Bro Ongky yang menjadi founder speedlover, memutuskan untuk swap engine. Saat itu yang ada dibenak pikirannya, Boleh saja swap engine namun tidak menggunakan mesin mobil lain. Berat mesin setiap mereka mobil pasti beda. Misalnya mengganti mesin Toyota GT86 dengan LS general misalnya, akan berakibat berat didepan. Dan Itu berakibat merubah dudukan semuanya, seperti mempertimbangkan dashboard dan steer, atau radiator digeser ke belakang untuk menyeimbangkan beban berat mobil.
Dengan pertimbangan yang matang, Bro Ongky membeli mesin Crawford dari Amerika Serikat dengan ukuran mesin yang sama namun tingkat ketahanan berbeda. "Saya membeli mesin satu blok dari Crawford Performance, bengkel rumahan yang khusus mengorek mesin Subaru. Bengkel Ini punya riwayat cukup jago membangun mesin untuk kebutuhan racing. Mereka bikin blueprint mesin, kemudian dikirim ke saya," jelas lelaki yang jago setting audio di era 2000-an.
Bagian short block yang terdiri dari piston dan crankshaft. Pada bagian head engine yang terdiri dari valve, dan spring menjadi bagian dari customized. Diameter valve dan spring diperbesar 1 mm semuanya. Kemudian pada bagian transmisi menggunakan merek SSP dari Amerika,
Setelah mesin terpasang, Ongky melakukan checking ulang dan kemudian digunakan untuk geber-geberan di jalan tol. Namun sayangnya transmisi jebol keluar asap setelah penggunaan 2 bulan. "Saat itu yang terjadi oli transmisinya mendidih di suhu 40 derajat celicius. Setelah itu kami kontak SSP Performance untuk dibuatkan khusus. Namun setelah diinstal dan pemakaian 6 bulan, kembali jebol, " kisah Ongky.
"Setelah komplain ke SSP Performance, mereka menanyakan kembali ke saya, berapa horse power mobilnya? Akhrinya data-data rubahan mesin kami kirimkan ke pihak SSP," kenang Ongky.
Pihak SSP performance menyanggupi untuk membuat transmisi dengan menggunakan sparepart Porsche yang terdiri dari plat kopling dan sebagainya. "Transmisi tersebut tetap buatan SSP, Namun dengan kandungan part dari Porsche. Pihak SSP performance mengakui belum ada pihak manapun yang memesan part transmisi seperti Ini. Namun, sampai sekarang aman, perlu dimaklumi bila perpindahan transmisinya tidak semulus sebelumnya."
Basic Toyota GT86 ini menggunakan transmisi matic. Akhirnya SSP performance pun tertantang untuk membuat transmisi mobil dengan spek balap, namun tetap matic. "Culture masyarakat Amerika Serikat lebih banyak menggunakan transmisi manual untuk mobil balap. Namun mereka tertantang membuat transmisi matic untuk mesin Crawford Performance," tutur Ongky yang tertantang untuk membikin mobil kencang namun bertransmisi matic dan tetap nyaman.
Ketika dikonfirmasi berapa horse power yang dihasilkan mobil Toyota GT86, Ongky menyatakan, "Dua kali lipat pabrikan, almost 500hp. Karena timing pembakaran makin sempurna, tenaga pasti naik. Setahu saya orang bule bisa memaksimalkan tenaga Toyota GT 86 dan Subaru BRZ mampu hingga 700hp, namun ketika test di jalanan, dia turukan boost-nya," ungkap Ongky. Jadi pantas saja kalau Toyota GT86 miliknya dikategorikan sebagai baby supercar karena tenaga yang besar, dan telah melewati stage 4, dengan sempurna.
Tahun kelima berjalan, Ongky mengakui mobilnya baru saja turun mesin di bulan Februari 2018 kemarin. "Makanya juga mobil geber-geberan, jadi dalam 5 tahun pemakaian, performanya menurun. Saya ganti piston, meaning sebenarnya tidak masalah. Namun metal bearingnya sudah aus," tuturnya.
Guna mengetahui kondisi mesin, Ongky memasang Ecutek Map yang terintegrasi dengan smartphone dan STP gauge, untuk mengetahui data kinerja mesin. Fungsinya Ecutek Map bisa nge-flash untuk instal part, nge-log angka kinerja mesin seperti kinerja saat pembakaran, timing dan lainnya. Jika secara kinerja mesin kurang bagus, bisa diflash melalui aplikasi smartphone.
Sektor bodykit yang digunakan semuanya bikinan TRD. Wing rear menggunakan aftermarket Jepang. Sideskirt dari TRD dan bumper depan aftermarket. Untuk kaki-kaki menggunakan velg Rays volk wheels, dipadukan dengan coilover Ohlins dan pillow ball bushing yang sudah dilepas bantalan karetnya. Guna menyeimbangkan laju kendaraan, system pengereman menggunakan kaliper AP Racing BBK, dipadukan dengan ban Yokohama semi slick yang membantu performance di sirkuit.
Dikonfirmasi pengembangan mobil selanjutnya, punggawa Speedlover Ini mengaku masih ada problem battle neck pada mesin. Kalau seandainya ada part aftermarketnya, mungkin akan diganti. Itu berarti Ongky lebih berani menaikkan boost, dan akibatnya power mesin naik lagi. "Satuan tekanan udara diatas permukaan bumi 1 bar equivalen dengan 13-14 PSI. boost disini berkorelasi dengan tekanan udara yang ada di mesin. "
Jika mesin mobil berkapasitas 1000cc, apabila di bush 1 bar, berarti telah meningkat menjadi 2000cc. Setiap tekanan udara yang normal ketika di boost 1 bar hasilnya 2 bar. Bila udara bertekanan 2 bar bila masuk ke supercharged, menghasilkan udara yang padat ke piston. Efeknya pembakaran lebih tinggi, power lebih tinggi dan itu sangat bergantung pada kekuatan piston.
Nah dari perhitungan itu, part mesin Toyota Crawford Performance miliknya masih kurang kuat. Selama ini kekuatan supercharged di mobilnya hanya digunakan 50 persen. "Kalau dengan piston yang kuat, saya ingin menggunakan kekuatan supercharged secara penuh."
Ketika ditanya kemana Ongky menyalurkan bakat briliannya, ia mengaku menyerahkan pengerjaan mobilnya ke CPNK autowork di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur. "Karena mobil saya ini boleh dibilang prototipe swap engine yang berhasil, akhirnya banyak pemilik Toyota GT86 dan Subaru BRZ di Jakarta ingin mendapatkan jasa modifikasi mesin dari CPNK Autowork," terang punggawa Speed Lover ini.
Mungkin BlackPals akan bertanya, berapa budget modifikasi keseluruhan? Pria yang berdomisi di Tomang, Jakarta Barat ini mengaku sudah lupa total budgetnya. Namun ia menegaskan bahwa part paling mahal terserap di sektor mesin dari pada transmisi mobilnya.Ongky dan Toyota GT86 miliknya telah menjadi rule model swap engine yang boleh dibilang sukses. Namun ia tetap rendah hati dengan tidak mempublikasikan kekuatan power mobilnya diatas mesin dyno.[Ahs/timBX]
Detail Spesifikasi
Mesin
-Swap Engine Crawford Performance 2000cc
-Supercharge Kraftwerk
-CP Piston and CP Rod
-Ferrea titan Valve
-Ferrea Retainer
-Fully Transmission Porsche Part by SSP Performance
-Ecutec Mapping
-pipe and intercooler aftermarket USA
-injector
Kaki-kaki
-Velg Rays Volk Wheels
-Coilover Ohlins
-Pillow Ball Bushing
-Kaliper AP Racing BBK
-Ban Yokohama Semi Slick 18 inci
-Exhaust Custom by CPNK Garage
Bodykit
-Wing Rear aftermarket Jepang
- Diffuser TRD
-Sideskirt TRD
-Front bumper aftermarket Jepang
Interior
- Performance Indicator STP Gauge