JAN 08, 2021@12:00 WIB | 775 Views
Produsen baterai Indonesia dan Korea Selatan telah menandatangani nota kesepahaman (MoU). Hal tersebud dilakukan setelah LG Chem's LG Energy Solution secara serius mempertimbangkan investasi besar-besaran sebesar $9,8 miliar terkait baterai EV di Indonesia.
Menurut Reuters, perusahaan telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan pemerintah Indonesia pada 18 Desember, tetapi berita itu diumumkan baru-baru ini.
Indonesia memiliki sumber daya bijih nikel yang sangat besar, tetapi mengharuskan perusahaan mengolahnya setidaknya 70% di dalam negeri. Karena itu, investor asing pada dasarnya harus membangun kompleks manufaktur terintegrasi di Maluku Utara dan Jawa Tengah.
Bahlil Lahadalia, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal mengatakan, “Kami telah menandatangani MOU untuk pembangunan pabrik baterai listrik terintegrasi dari hulu hingga hilir. Tambang, smelter, prekursor, katoda, mobil hingga fasilitas daur ulang akan dibangun di Indonesia.”
MoU bukanlah perjanjian definitif, dan setidaknya ada beberapa investor lain yang tertarik dengan bijih nikel dari Indonesia, antara lain CATL, Hyundai (bermitra dengan LG Chem) dan Tesla. Di kemudian hari akan diungkapkan perusahaan mana yang mengusulkan kesepakatan terbaik dan dipilih untuk bisnis tersebut. [mhd/asl/timBX]
