MENU
icon label
image label
blacklogo

Kupas Tuntas Sistem Manajemen Street Art Custom

AUG 19, 2020@10:28 WIB | 2,295 Views

Ngobrolin modifikasi motor memang tidak ada matinya BlackPals. Berbicara mengenai bentuk, model, aliran dan sebagainya banyak bengkel yang memiliki ciri khas tersendiri. Tapi, ada satu bengkel modifikasi sepeda motor, yang tidak hanya mahir dalam mengoprek sepeda motor, tapi juga memiliki keandalan dalam mengatur alur pekerjaannya. Istilahnya sekarang adalah manajemen usaha, dengan maksud seluruh pekerjaan di bengkel berjalan sesuai jadwal.

Adalah Street Arts Custom (SAC), yang berlokasi di Ruko Aster, Jl. Boulevard Grand Depok City No.18, Depok. Sang punggawa, Arie Perkasa ternyata menyimpan rahasia mengenai kesuksesan bengkelnya, yang ternyata dari manajemen usaha.

“Awal usaha saya di tahun 2013, dan berawal dari garasi pribadi. Waktu itu saya mengerjakan motor sendiri, dan ternyata diminati oleh orang lain. Setelah terjual, saya buat baru lagi dan ternyata ada yang suka. Ya sudah, dari situ saya mantap membuka usaha ini,” kata Arie membuka obrolan.

Street Arts Custom yang merupakan bengkel dengan spesialis custom retro dan classic ini, ternyata memiliki manajemen yang dibilang sangat teratur, agar motor yang dimodifikasi bisa selesai tepat waktu. Menurutnya bengkel kecil pun bisa menjadi besar apabila konsepnya profesional dan teratur.

“Sebenarnya konsep yang bagus itu adalah dalam bisnis kita harus kuasai produksi, delivery/supply dan demand-nya. Memproduksi motor kustom seperti ini, dengan kustomer kita tempatkan sebagai demand. Untuk mempercepat delivery, kita sudah stok barang dari demand yang ada,” kata Arie.

Selain mengerjakan motor, rahasia lainnya adalah Arie sudah memiliki stok barang yang bisa digunakan. Stok ini sendiri berasal dari forecast yang diambil dari database. Semisalnya, berapa banyak jumlah part yang digunakan. Dari data tersebut menurut Arie, dilakukan stock ratio berapa banyak yang digunakan. Nah, dari supply aman, barulah masuk ke bagian produksi. Di produksi ini sendiri, di Street Arts Custom ternyata memiliki departemen tersendiri, seperti pengecatan, metal shapping, hingga yang berhubungan dengan elektrik.

“Di beberapa bengkel ada yang masih berupa one man show. Artinya, dia yang mendesain, dia yang beli bahan, hingga dia yang membuat motornya. Di satu sisi, benar bahwa seperti itu sistemnya. Akan tetapi, ketika dia sedang mengerjakan satu motor, kemudian motor customer lain datang lagi dan lagi, maka pekerjaan akan menumpuk. Saya tidak mau seperti itu dan kemudian membuat divisi masing-masing, agar semua pekerjaan berjalan seperti roda berputar, supaya tepat waktu,” lanjut Arie.

Menuju ke bagian keuangan, menurut Arie pengelolaan keuangan disini harus tepat [cashflow]. Agar tidak mengganggu customer, ia menguraikan biaya yang dibutuhkan dengan membuat kontrak kapan harus membayar jasa. Ia sendiri menguraikan tiga tahapan pembayaran, pertama Down payment [DP] untuk row material. Kedua adalah dalam pengerjaan, dalam hal ini seperti pengecatan perakitan dan termin terakhir adalah saat pelunasan setelah motor selesai dibuat.

“Kita juga membuat Customer Satisfaction untuk mendiskusikan model custom hingga diskusi harga. Intinya disini adalah kenyamanan customer saya, sebagai salah satu guarantee kita. Selain itu untuk pengecatan saya kasih garansi hingga tiga bulan,” lanjutnya.

Selain hal di atas, Street Arts Custom juga membuat sistem omset/keuntungan tiap departemen. Artinya, setiap pengerjaan yang dilakukan, semisalnya dilakukan pengecatan, maka biaya pengecatan tersebut tercatat sebagai keuntungan departemen pengecatan. Dengan begitu, Arie bisa membagi keuntungan bagi karyawan-karyawannya, disamping performance tiap karyawannya.

Tak hanya membuat sistem kerja yang teratur, ternyata Arie sendiri menginisiasi sebuah pelatihan untuk memberikan skill bagi orang banyak. Street Builder Academy didirikan untuk anak muda yang menyukai dunia custom, dan ingin maju.

“Syaratnya adalah orang tersebut tidak memiliki skill sama sekali. Karena kalau punya skill, dia sebenarnya sudah bisa membuka lapangan kerja sendiri,” kata Arie.

Bahkan, Arie sendiri memberikan uang saku, tempat tinggal hingga makan bagi muridnya. Pelatihannya dilakukan selama tiga bulan dengan spesialisasi metal shaping, elektrikal dan painting. Bagi mereka yang terbaik, akan direkrut bekerja di SAC maksimal lima tahun.

“Setelah lima tahun, mereka harus membuka lapangan kerja sendiri, karena ketika bekerja selama lima tahun, mereka sudah memiliki banyak ilmu,” lanjut Arie.

Kembali lagi ke perbengkelannya BlackPals, bengkel sendiri ternyata memiliki lokasi tersendiri. Di Komplek Grand Depok City ini merupakan showroom dan customer satisfaction. Sementara di Jl. Kampung Parung, merupakan divisi elektrikal dan juga pengecatan dan terakhir adalah divisi metal shapping yang juga tak jauh dari kedua lokasi sebelumnya.

Di workshop elektrikal, ternyata juga memiliki detail khusus untuk SOP pengerjaan hingga dibuat QC tersendiri untuk menjamin pekerjaan dengan baik. Selain itu, untuk mendukung pengerjaan, bengkel khusus elektrikal ini ternyata sangat bersih dan teratur. Di belakangnya langsung terhubung workshop pengecatan, yang bisa mengerjakan model pengecatan model powder coating, water transfer dan  handwriting.

Beralih ke bengkel terakhir alias divisi metal shaping, SAC memiliki peralatan yang cukup lengkap, bahkan karena kelengkapan ini membuat bengkel milik Arie kedatangan investor yang ingin membuat sepeda motor listrik.[prm/timBX]

Tags :

#
autonews,
#
the builders,
#
street arts custom