MENU
icon label
image label
blacklogo

Indonesia Battery Corporation Resmi Dibentuk, Lampu Hijau Untuk Kendaraan Listrik

MAR 30, 2021@16:00 WIB | 1,381 Views

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BMUN) resmi membentuk holding perusahaan baterai BUMN bernama Indonesia Battery Corporation (IBC). Perusahaan yang membutuhkan investasi hingga Rp238 Triliun ini terdiri dari empat perusahaan BUMN yaitu holding industri pertambangan Mining and Industry Indonesia (MIND ID) alias PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero)/Inalum, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam, PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero).

Pendirian IBC tidak lain dan tidak bukan sebagai langkah berani menjadikan Indonesia pemain global dalam bisnis baterai kendaraan listrik dan baterai stabilisator untuk kebutuhan rumah serta energi terbarukan. Di mana industri otomotif semakin harus terus meningkat dalam hal produksi kendaraan listrik, baik roda dua maupun roda empat.

Menteri BUMN Erick Thohir meresmikan secara langsung pendiri IBC sebagai industri baterai listri yang terintegrasi tersebut pada Jumat, 26 Maret 2021 pekan lalu. Pembentukan IBC juga ditandai dengan penandatanganan perjanjian pemegang saham (shareholders agreement) pada 16 Maret 2021 oleh keempat perusahaan BUMN sektor pertambangan dan energi yang masing-masing memiliki saham sebesar 25%.

Konsorsium BUMN menerima mandataris untuk pengembangan ekosistem industri baterai kendaraan listrik (baterai electric vehicle/EV) secara terintegrasi dari hulu ke hilir. Pasalnya, setiap BUMN memiliki keleluasaan untuk dapat berpartisipasi langsung dalam usaha patungan (joint venture/ JV) yang dibentuk bersama calon mitra.

Sebagai holding yang bertujuan menjadi pemain global, IBC akan bermitra dengan dua produsen baterai kendaraan listrik kelas dunia, yakni Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) asal Tiongkok dan LG Chem Ltd asal Korea Selatan. Selain itu IBC akan membentuk sinergitas dengan beberapa perusahaan global lainnya. IBC tidak memonopoli bermitra dengan satu atau dua pihak saja, namun bisa bermitra dengan banyak pihak.

"Kita sudah siapkan partnership dengan CATL dan LG Chem, Struktur jelas hulu-hilir, kita BUMN ikut semua. Jadi bukan hanya di Hulu hasil tambang diproduksi, yang lain terus kita ditinggal tapi kita ikut," kata Menteri BUMN, Erick Thohir, Jumat lalu.

Menteri Erick menilai tidak kalah penting untuk mengharapkan adanya alih teknologi dalam kerjasama ini. Menurutnya dalam perjanjian terdapat mengenai stabilitas pasokan baterai listrik di dunia untuk kebutuhan energi Terbarukan dan power listrik di rumah.

Disebutkan bahwa dalam rangka membangun pabrik baterai, dibutuhkan pasokan bahan baku baterai yaitu bisa berupa Mix Hydroxide Precipitate (MHP) maupun Mix Sulphide Precipitate (MSP). Produk ini merupakan cikal bakal nickel sulphate atau cobalt sulphate yang menjadi bahan baku komponen baterai. Produk MHP atau MSP sendiri merupakan hasil dari smelter nikel dengan metode High Pressure Acid Leach (HPAL). Untuk itu, IBC dan mitranya akan melakukan studi dan pengembangan di sisi tambang dan pengembangan fasilitas smelter.

Dalam roadmap pengembangan industri baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan sistem penyimpanan energi (energy storage system/ ESS), rencananya dibangun smelter nikel dengan metode HPAL oleh Antam, serta pabrik prekursor dan katoda oleh PT Pertamina (Persero) dan MIND ID yang ditargetkan mulai beroperasi mulai tahun 2024. Sedangkan pabrik battery pack oleh Pertamina dan PLN direncanakan mulai beroperasi pada 2025.

"Jadi bukan bangun 1 pabrik saja, tapi Indonesia punya mining-nya, smelting-nya, kemudian produksi prekursor, battery pack, bahkan tadi disampaikan kami ingin juga energy storage stabilizer dan recycling-nya. Investasi yang dibutuhkan bisa sampai sampai US$ 17 miliar," ungkap Wakil Menteri I BUMN, Pahala Nugraha Mansury.

Menurut Pahala, IBC rencananya ingin memiliki kapasitas mencapai 140 giga watt hour (GWh) dan 50 GWh diantaranya akan bisa diekspor. Lalu sisanya digunakan untuk produksi Electric Vehicle atau EV di Indonesia.

Ditegaskan bahwa, pembentukan IBC merupakan langkah pemerintah Indonesia memanfaatkan momentum menjadi pemain global baterai kendaraan listrik berbasis nikel, agar tidak tertinggal lagi dari negara-negara lain, seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Kehadiran industri baterai kendaraan listrik ini akan membuat Indonesia menjadi lebih bersahabat dengan ekonomi hijau.  Bahkan, pembentukan IBC ini sangat strategis karena Indonesia memiliki 24% kekayaan nikel dunia. Indonesia memiliki cadangan nikel sebanyak 21 juta MT.

Indonesia juga dikenal sebagai negara dengan produksi nikel terbesar di dunia. Berdasarkan data Survei Geologi AS dan data Badan Geologi Kementerian ESDM, dari total 2,67 juta metrik ton (MT) produksi nikel di seluruh dunia pada 2019, Indonesia memproduksi 800.000 MT, jauh mengungguli Filipina (420.000 MT), Rusia (270.000 MT), dan Kaledonia Baru (220.000 MT).

Dengan terbentuknya Indonesia Battery Corporation ini, masa depan produksi nikel di Indonesia akan semakin cerah. Di mana kendaraan listrik telah semakin populer seiring dengan meningkatnya jumlah produksi di pabrik-pabrik perusahaan otomotif raksasa dunia.

Tren Mobil Listrik di Indonesia

Indonesia Battery Corporation akan menjadi jawaban nyata bagi kebutuhan bahan penggerak kendaraan bermotor listrik (Electric Vehicle Battery) yang semakin populer di Indonesia. Hal ini juga menjadi solusi terhadap sinyalemen runtuhnya rezim BBM (bahan bakar minyak) yang mencuat beberapa tahun terakhir.

Seiring meraknya sejumlah produsen raksasa otomotif memperkenalkan kendaraan listriknya, peminatnya di Indonesia juga meningkat perlahan namun pasti. Sepanjang tahun 2020 lebih dari sepuluh mobil dipasarkan secara resmi di Indonesia, mulai dari Toyota, Nissan, BMW, LExus, hingga Tesla Motors. Tahun 2021 ini pun diperkirakan akan datang belasan model lainnya dari berbagai brand. Terlebih lagi di tahun-tahun mendatang bersama dengan popularitasnya yang terus meningkat.

Desember 2020, SUV listrik pertama keluaran Lexus tiba di Indonesia dengan harga Rp 1,2 Miliar. Kehadirannya menjadi pesaing SUV listrik laiinya yang juga telah dirilis di Tanah Air, salah satunya Hyundai Kona Electric.

Mazda pun dipastikan akan menjadi pesaing baru di dunia kendaraan listrik di Indonesia. Pasalnya, Pabrikan raksasa Jepang ini dikabarkan bakal memasarkan mobil listriknya di Indonesia melalui bendera PT Eurokars Motor Indonesia. Walaupun schedule pastinya belum resmi dirilis untuk Indonesia, Mazda MX-30 EV akan diproduksi tahun ini.

Pemerintah Pro Mobil Listrik

Tren mobil listrik di Indonesia mendapat dukungan dari Pemerintah melalui Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) yang diluncurkan pada 17 Desember 2020 lalu. Data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menunjukkan potensi mobil listrik di Indonesia pada 2021 mencapai sebanyak 125 ribu unit dan motor listrik mencapai 1,34 juta unit.

Sementara untuk Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) pada 2021 diproyeksikan mencapai 572 unit dan Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) sebanyak 3.000 unit. Jumlah yang cukup signifikan ini diperkirakan bakal mengurangi konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 0,44 juta kilo liter (kl) per tahun. Selain itu bisa meningkatkan ketahanan energi nasional dengan mengurangi ketergantungan impor BBM.

Belum lama ini, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, pemerintah serius mendorong penggunaan kendaraan listrik ini melalui penggunaan kendaraan listrik di kementerian/ lembaga, pemerintah daerah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan swasta.

Disebutkan bahwa, hingga 2025 total potensi penggunaan kendaraan listrik di institusi kementerian/ lembaga, pemerintah daerah, BUMN hingga swasta bahkan diperkirakan bisa mencapai 19.220 unit untuk mobil listrik, 757.139 unit untuk motor listrik, dan 10.227 unit untuk bus.

Kemudian, total potensi kendaraan listrik nasional yang bisa digunakan pada 2025 bisa meningkat lebih dari dua kali lipat mencapai 374 ribu unit mobil listrik dan motor listrik bahkan diperkirakan naik hampir 10 kali lipat menjadi 11,79 juta unit. Sedangkan untuk SPKLU pada 2025 diperkirakan melonjak menjadi sebanyak 6.318 unit dan SPBKLU sebanyak 17.000 unit. Bila itu terealisasi, maka potensi penghematan BBM bisa mencapai sebesar 2,56 juta kl per tahun.

Lebih jauh lagi, potensi kendaraan listrik tahun 2030 akan meningkat lebih tajam lagi di mana mobil listrik diperkirakan bisa mencapai 2,19 juta unit dan motor listrik mencapai 13 juta unit. Adapun jumlah SPKLU diperkirakan mencapai sebanyak 31.859 unit dan SPBKLU sebanyak 67.000 unit yang akan dipasang di sejumlah tempat umum seperti di pusat perbelanjaan, mal, dan apartemen. Dengan demikian, potensi penghematan BBM melonjak menjadi sebesar 6,03 juta kl per tahun.

Daftar Kendaraan Listrik Dinas

Belum lama ini Prestige Motorcars bersama dengan Ikatan Motor Indonesia (IMI) meminjamkan satu unit mobil listrik, Tesla Model 3 kepada Kepolisian RI. Selain Tesla Model 3 yang menjadi kendaraan dinas kepolisian, sebenarnya ada dua kendaraan listrik yang sudah menjadi kendaraan dinas lebih dulu, yakni Hyundai Ioniq dan Hyundai Kona Electric Vehicle (EV).

Mobil listrik Hyundai Ioniq digunakan Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya dan Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum. Kemudian mobil listrik yang sudah digunakan untuk kendaraan dinas adalah Hyundai Kona EV yang digunakan oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil serta menjadi Patwal Gubernur Jawa Barat. [asl/timBX] berbagai sumber

Tags :

#
indonesia battery corporation,
#
kendaraan listrik,
#
mobil listrik,
#
mobil listrik dinas,
#
holding perusahaan baterai bumn