NOV 30, -0001@00:00 WIB | 740 Views
Sekitar 60% pengambilkeputusan IT perusahaanmerasakurangnyawaktudanbiayauntukmengembangkankebijakankeamanan IT. Akibatnya, lebihdariseparuhperusahaanmerasatidakmemilikiprosessistematisdanterorganisirsecarabaikuntukmenghadapiancaman IT. Hal initerungkapdarisurvei Global Corporate IT Security Risks 2013 yang dilakukanolehB2B International untukKaspersky Lab pada April 2013 laludenganrespondenperusahaan-perusahaandiseluruhdunia.
Kondisi yang paling meresahkanterlihatdisektorpendidikandimanahanya 28% institusipendidikanyakininvestasimerekadibidangkebijakankeamanan IT sudahcukupbaik. Yang lebihmengherankan, hanya 34% pemerintahdanbadanpertahanandidunia yang disurveimenyatakanbahwamerekamemilikiwaktudantenaga yang cukupbaikuntukmengembangkankebijakankeamanan IT. Sisarespondenlainnyaberadadalamkeadaanbahayakarenabisakehilanganinformasipemerintahan yang sangatrahasia.
Insidensepertiinibisamengakibatkankerugianfinansialdanrusaknyareputasiperusahaan/pemerintahan. Kerugian yang ditimbulkanbisamelebihibiaya yang diperlukanuntukmengimplementasikan tools keamanan IT yang bisamembantuperusahaanmenghindaribocornya data-data penting, downtime, danbiayatakterdugalainnya. Inilahalasanbetapapentingnyainvestasidalamhalkeamananinfrastruktur IT perusahaan.
Namundemikian, masihbanyakperusahaan yang tidakmenyadaritingginyarisikodankerugianakibatinsidenkeamanansepertigambarandiatas. Surveimemperlihatkanbahwaseperempatperusahaan yang disurveimasihmenganggapmasalahkeamanan“hanyaterjadipadaperusahaan lain.” Sementara 28% perusahaanberanggapanbahwabiayauntukmelindungiperusahaandarikejahatan cyber lebihdaridaripotensikerugianakibatkejahatan cyber.[mir/timBX]