

NOV 14, 2025@16:00 WIB | 67 Views
Di tengah tren EV swap yang dulu sempat naik daun, proyek ini terlihat ambisius dengan mengambil van klasik yang masih mulus lalu mengganti seluruh sistem penggeraknya dengan teknologi listrik berbasis komponen Tesla.
Ya, kalau di Indonesia Volkswagern Type 2 (T2) ini disebut VW Kombi. Tapi jangan anggap sepele, semula bermesin belakang dengan suara khas "Brejet-brejet"nya kali ini justru super senyap dan nyaman.
Kenapa? Sang owner melakukan konversi dari mesin konvensional ke penggerak listrik alias EV. Konversi listrik pada Volkswagen Type 2 (T2) Camper 1973 ini sebenarnya cukup menarik karena pemiliknya memilih komponen premium dan bukan sekadar upgrade iseng.
Secara teori, Kombi listrik seperti ini harusnya jadi kendaraan camper masa depan yang bersih, senyap, dan modern, tetapi hasil akhirnya justru menunjukkan bahwa konversi listrik tidak selalu membuat mobil klasik jadi lebih bernilai.
Secara teknis, jantung utama dari konversi ini adalah motor listrik Hyper 9 HV. Motor ini dikenal luas di kalangan builder EV karena efisiensinya tinggi, respons gasnya instan, dan performanya konsisten untuk penggunaan harian.
Motor ini bekerja dengan sistem AC Induction bertegangan tinggi dan menggantikan mesin boxer bawaan T2, sehingga karakter berkendara berubah total lebih halus, tidak ada perpindahan gigi, dan torsinya langsung keluar di putaran rendah.
Penggunaan single-speed drive unit memperkuat karakter EV modern yang sederhana dan minim perawatan, menghilangkan kebutuhan transmisi konvensional.
Untuk pasokan energinya, van ini menggunakan 14 modul baterai Tesla Model S. Ini bukan baterai sembarangan, karena modul Tesla dikenal memiliki densitas energi tinggi, sistem pendinginan terintegrasi, dan durabilitas yang terbukti bertahun-tahun di jalan.
Dengan total modul sebanyak itu, kapasitas energinya cukup besar namun tetap berbobot, dan bobot inilah yang akhirnya membuat jarak tempuh realnya berada di kisaran 150 mil atau 240 km.

Meskipun angka ini cukup untuk perjalanan santai dan road trip jarak sedang, bobot tambahan dari baterai Tesla membuat efisiensi menjaga jarak tetap menjadi tantangan, apalagi di bodi van klasik yang aerodinamisnya minim.
Bagian pengisian dayanya memakai port standar J1772, yang kompatibel dengan hampir semua stasiun AC Level 2. Namun di sinilah letak salah satu kekurangan besar konversi ini: tidak adanya dukungan DC fast charging.
Kombi listrik ini hanya bisa mengisi daya dengan kecepatan AC biasa, sehingga waktu pengisian dengan colokan rumah bisa mencapai sekitar 9 jam. Untungnya, jika digunakan di area camping yang memiliki colokan 30 amp, mobil ini masih bisa menerima daya hingga 7,5 kW yang cukup untuk pengisian semalaman.
Bagi pengguna camper, ini sebenarnya masih fungsional, tetapi bagi pembeli yang mengharapkan fleksibilitas seperti EV modern, tentu terasa kurang.
Meski sektor drivetrain dan kelistrikan sudah dirombak besar-besaran, bagian interior camper-nya tetap dipertahankan.
Van ini masih memiliki atap tinggi, skylight, sofa belakang model inward-facing, platform kasur lipat, serta fasilitas camper seperti sink, toilet kecil, dan kompartemen penyimpanan.
Sistem audio juga tetap menggunakan stereo Sony yang terhubung ke speaker Rockford Fosgate, karena konversi EV ini tidak mengganggu sistem 12V tambahan yang biasanya digunakan untuk unit hiburan dan lampu interior.

Secara keseluruhan, karakter camper klasiknya tetap terasa, hanya saja kini bergerak secara elektrik dengan suara yang jauh lebih senyap.Jika melihat total komponen yang dipasang, biaya modifikasinya mencapai sekitar 30 ribu dolar AS.
Motor Hyper 9 HV saja sudah lebih dari 6.000 dolar, belum termasuk modul baterai Tesla yang harganya lumayan tinggi di pasar bekas, serta wiring, controller, dan power electronics yang harus dirakit secara custom.
Semua itu terpasang pada van yang awalnya dibeli seharga 10 ribu dolar. Secara teknis, ini adalah proyek EV swap yang rapi dan menggunakan komponen terbaik di kelasnya.
Modifikasi habis banyak, pas dijual rugi?
Namun realita di pasar berkata lain. Ketika akhirnya dilelang, T2 listrik ini hanya terjual sekitar 10.500 dolar angka yang hampir tidak berubah dari harga awal sebelum modifikasi.
Ini menunjukkan bahwa tidak semua pecinta VW mau menerima hilangnya mesin boxer dan karakter mekanis asli T2. Banyak juga yang menilai konversi listrik tanpa fast charging kurang menarik untuk jangka panjang.
Pemiliknya akhirnya melepas mobil ini dengan perasaan berat, tetapi mengakui bahwa sudah waktunya berpisah. Proyek ini menjadi contoh menarik bahwa konversi EV, se-advanced apa pun komponen yang dipakai, belum tentu menambah nilai mobil klasik.
Secara teknis T2 ini canggih, rapi, dan cukup fungsional, tetapi bagi banyak kolektor, esensi VW klasik tetap ada pada suara dan karakteristik mesin boxer lamanya.
[Ziz/timBX/berbagaisumber].