MAR 04, 2019@18:00 WIB | 924 Views
Isu terbaru dari Subaru melakukan recall besar-besaran dari 2,3 juta SUV dan sedan. Dari jumlah tersebut 1,3 kendaraan berada di market Amerika Serikat, sedangkan 1 juta lainnya, berada di Amerika Utara dan Jepang. Recall yang dilakukan bukan karena kegagalan emisi yang yang menyebabkan lampu rem gagal, namun diluar prediksi masalah tersebut dari perihal unik.
Meski masalah tersebut terjadi karena senyawa kimia yang dipancarkan produk konsumen seperti sampo, parfum, pelembut kain, cat kuku dan kosmetik. Kandungan bahan kimia itulah yang menyebabkan penghalang pada sakelar lampu rem. Hasilnya, aliran listrik akan berkurang ke lampu dan tidak memberikan cahaya sama sekali.
Tentunya masalah ini menjadi penyebab masalah yang lebih besar bagi pemilik Subaru. Karena penyebab kegagalan saklar lampu rem juga dapat menyebabkan risiko kegagalan pengapian pada mesin. Kemungkinan itulah yang menyebabkan perusahaan melakukan recall secara serius dan menjadi sejarah paling besar pada automaker Jepang.
Tahun lalu, Subaru juga terdeteksi ada kasus manipulasi data efisiensi bahan bakar. Skema kasus tersebut menyebabkan mobil produksi dari Desember 2012 dan November 2017 dilaporkan telah mempengaruhi 900 unit dari 6000 unit mobil yang diproduksi pabrik.
Akhir tahun 2018 kemarin, Subaru juga kembali recall karena valve springs yang rusak. Akibatnya 400 ribu unit kendaraan harus di recall, dan membutuhkan perbaikan yang cukup serius. Di awal 2019 Subaru harus menghentikan produksi mobilnya di Jepang, karena masalah power steering yang mempengaruhi perusahaan. Subaru menerapkan shutdown secara singkat, yang mempengaruhi operasional pabrik untuk memproduksi 2/3 output kendaraan globalnya.
Dari varian SUV yang terjangkit masalah senyawa kimia tersebut terjadi pada varian Forester dan Crosstrek yang diproduksi dari tahun 2008 dan 2017. Selain SUV, sedan Impreza juga terjadi masalah yang sama sepertinya. Belum diketahui, bagaimana perusahaan memperbaiki masalah yang unik tersebut.[Ahs/timBX]
