

DEC 22, 2025@20:00 WIB | 50 Views
Uni Eropa semakin serius membentuk “tameng” industri otomotifnya sendiri. Terbaru, Uni Eropa resmi melangkah lebih dekat ke pembentukan kelas mobil listrik kompak baru bernama M1E, sebuah kategori yang ditujukan untuk mendorong produksi mobil listrik kecil buatan Eropa sekaligus meredam derasnya impor murah dari China.
Sebelumnya, banyak yang memprediksi Eropa akan meniru konsep kei car Jepang yang super ringkas. Namun kenyataannya, M1E justru mengambil jalur berbeda. Kategori ini tetap berada di bawah payung kelas M1, yakni mobil penumpang hingga bobot 3,5 ton dengan kapasitas maksimal sembilan penumpang, tetapi dengan aturan tambahan yang lebih ketat.
Perbedaan ada di Panjang Kendaraan
Salah satu batasan paling krusial adalah panjang kendaraan maksimal 4.200 mm. Angka ini memang jauh lebih besar dibandingkan kei car Jepang yang dibatasi hanya 3.400 mm, namun tetap cukup ketat untuk menekan dimensi kendaraan agar benar-benar berada di kelas kompak.
Dengan regulasi ini, sejumlah mobil listrik yang sudah eksis di Eropa berpotensi langsung memenuhi syarat M1E. Model seperti Mini Cooper Electric (3.858 mm), Mini Aceman (4.079 mm), hingga Renault 5 E-Tech (3.920 mm) berada nyaman di bawah ambang batas tersebut. Artinya, M1E bukan sekadar konsep di atas kertas, tapi kelas yang bisa langsung “diisi”.
Detail teknis lengkap M1E memang belum diumumkan secara resmi. Namun Komisi Eropa menegaskan bahwa aturan ini akan dikunci setidaknya selama 10 tahun, memberikan kepastian jangka panjang bagi pabrikan untuk berinvestasi dan mengembangkan produk sesuai regulasi baru ini.
Yang membuat M1E semakin menarik adalah insentifnya. Setiap mobil M1E yang terjual akan mendapatkan 1,3 kredit kendaraan untuk perhitungan emisi CO₂, lebih tinggi dibandingkan EV M1 biasa yang hanya mendapat satu kredit. Kredit ini bisa digunakan untuk menyeimbangkan emisi model lain dalam satu merek, atau bahkan diperdagangkan ke pabrikan lain. Skema “super credit” ini digadang-gadang dapat menekan harga jual M1E secara tidak langsung.
Karena Geopolitik Antara Eropa dengan China
Konteks geopolitiknya jelas. Saat ini, Eropa menerapkan bea masuk 10 persen untuk mobil dari China, serta tarif tambahan hingga 35 persen khusus untuk mobil listrik buatan China. Di tengah tekanan tersebut, M1E menjadi alat strategis untuk memperkuat daya saing merek lokal tanpa harus mengorbankan target emisi.
Meski Inggris sudah keluar dari Uni Eropa, masih belum jelas apakah pasar Inggris akan ikut menikmati kendaraan M1E. Tanpa skema insentif emisi serupa, pabrikan kemungkinan akan lebih memprioritaskan negara-negara Uni Eropa.
Dampaknya bisa terasa hingga ke Australia. Jika kendaraan M1E suatu saat masuk ke pasar global, termasuk Australia, harganya bisa jadi tak semenarik di Eropa. Tanpa insentif CO₂, margin tipis yang diterapkan di Eropa bisa sulit direplikasi.
Satu hal pasti, M1E menandai babak baru strategi otomotif Eropa. Bukan sekadar soal ukuran mobil, tetapi tentang bagaimana regulasi, industri, dan geopolitik bertemu di satu titik, membentuk masa depan mobil listrik yang lebih kecil, lebih efisien, dan lebih “lokal”.