

DEC 31, 2025@17:27 WIB | 85 Views

Tahun 2026 menjadi momok baru bagi sebagian mobil listrik brand Cina yang dapat insentif dari pemerintah, karena faktor policy yang diterapkan sejak era President Jokowi. Bulan Desember 2025, tepatnya tanggal 31 ini menjadi hari terakhir dimana mobil listrik CBU yang dijual cukup murah, harus segera menyesuaikan dengan standar kebijakan pemerintah yakni TKDN 40%. Imbas paling nyata, harga bakal meroket, dan susah bersaing dengan brand yang sudah dirakit lokal dengan nilai OTR yang affordable.
Sebagian netizen menganggap mobil listrik dari beberapa brand sangat menikmati insentif dengan penjualan yang laris manis. Pangsa pasarnya mencapai 11,62% dari total penjualan mobil passenger periode Januari-November 2025. Angkanya cukup besar, hingga 82.525 unit, dengan total anegaran insentif hingga Rp6,16 triliun.
Bila dibandingkan dengan penjualan mobil listrik tahun 2023 secara wholesales dari pabrik ke dealer) tercatat sebanyak 17.051 unit. Tahun 2024 naik signifikan dengan 43.188 unit.
Insentif Disunat, Harga Mobil Meriang
Beberapa indikator yang membuat produsen mobil Cina bakal meradang. Pertama PPnBM 5% mulai dihapus tahun 2026. Kedua, PPN dari 1% akan kembali ke skema awal menjadi 11%. Ketiga, Bea Masuk CBU dari 0% menjadi 40 hingga 70%.
Keempat, mobil listrik dipastikan bakal naik harganya, dan penjualan dipastikan lebih lesu dari tahun 2024. Diantara produšen yang menikmati insentif tersebut adalah BYD, VinFast, Geely, Xpeng, Aion, Citroen, Maxus, VW, dan GWM Ora.
Lantas kemudian kemana arah kebijakan isentif pemerintah (bila angka insentif Rp6,1 Triliun sama di tahun 2026) ? Airlangga Hartarto selaku Kementerian Koordinator Perekonomian menegaskan, “Anggaran inzentiv mobil listrik mau dialihkan ke mana? Anggarannya tentu saja kita punya rencana mobil Nasional,” terangnya.
BYD Pimpin Penjualan EV Domestik

BYD salah satu brand yang menikmati pertumbuhan dari 2% menuju ke 12%. Hal itu juga didorong dengan penjualan secara global yang terus dipimpin. Prosentasenya 68% peredaran EV di dunia, dikuasai oleh Brand Cina.
“Di Cina pertumbuhan EV tergolong lambat dari 2% ke 12%, sementara untuk di Indonesia prosentase pertumbuhan yang sama hanya ditempuh dengan kurant dari 2 tahun saja,” tutur Eagle Zhou dalam kesempatan conference pers bersama jurnalis.
Januari hingga November BYD telah mengirimkan unit ke customer sebanyak 47.000 unit. Hal itu didukung dengan penjualan yang mencapai 10 ribu unit selama dua bulan, Oktober dan November, dan menandakan penguasaan market share sebesar 57%.
Tahun 2025, memang baru menjadi tahun ke-2 bagi BYD Indonesia. Tetapi kesiapan line up produk sudah dipersiapkan sejak 4 tahun yang lalu.
Menurut Gaikindo, pasar Hatchback cukup meningkat dari biasanya. BYD mencoba menawarkan 3 paket basis teknologi, jaringan rantai pasok dari hulu ke hilir serta RnD, serta pengalaman selama 3 dekade yang membuat BYD bisa menawarkan BYD Atto 1 yang bisa diakses masyarakat Indonesia.
Selain Atto 1 ada juga varian Denza D9, Seal dan Sealion yang cukup digemari masyarakat Indonesia. Masing-masing memberikan peningkatan yang cukup signifikan.
“Kontribusi yang kecil ini memberikan peningkatan pada masing-masing segmen dan diserap secara baik. Hal ini tentunya berkat dukungan pemerintah Indonesia,” tambahnya.
Progres Pabrik BYD Subang
Sejauh ini perkembangan pabrik perakitan di Subang berjalan sesuai target artinya berjalan di trek yang benar. Otoritas Pemerintah memberikan masukan yang baik untuk perjalanan pabrik assembling di BYD Subang, dan akan dimulai line produksi di kuartal pertama tahun 2026.

“BYD akan terus menghadirkan produk yang relevan untuk masyarakat Indonesia. Kami terus menghadirkan market share hingga 12% dan terus berkembang menjadi 25% di tahun 2026. Dari 50% jaringan BYD telah menguasai market Jabodetabek. Tahun depan kami ingin jaringan berkembang di luar sana, sehingga masyarakat bisa berkendaraan lebih mudah dengan BEV,” terangnya.
Denza melalui Denza D9 telah mampu merepresentasikan arti berkendara dengan mewah dan luxury. Tahun 2026, segmen dari Denza bakal diperluas.
“Kami berharap menghadirkan sedan, hatchback dan SUV offroad untuk meramaikan produk Denza di tahun 2026. Tidak hanya itu, untuk mendukung layanan aftersales yang baik, kami juga akan menghadirkan layanan financial akan mulai beroperasi di tahun 2026. Melihat memungkinkan besar bagi BYD untuk ikut mengembangkan infrastruktur BEV di Indonesia,” tegasnya.
BYD Tawarkan Powertrain Diluar BEV
BYD Group Global sebagai salah satu automaker yang memiliki paten inti, teknologi untuk kendaraan listrik. Selama 20 tahun terakhir investasi pada sektor RnD digambarkan secara prosentase lebih tinggi dari net profit perusahaan.
“Pada quartal ke-3 2025, inventais RnD BYD telah menelan USD 3,5 miliar. Angka tersebut dipastikan untuk menjamin teknologi apa yang akan hadir di otomotif global. Strategi berikutnya adalah integrasi vertikal, dari semi konduktor hingga teknologi sasis bodi, termasuk blade battery, telah diproduksi secara internal di BYD. Hal ini menjadi bagian strategis mengapa BYD bisa memproduksi mobil dari 14 juta untuk masyarakat dunia. Tentunya harga tetap affordable di market,” aku Eagle.
BYD juga memberikan penyegaran Denza, pada teknologi yang pertama kali digunakan di dunia, akan dipasangkan di Denza. Sehingga BYD dikenal sebagai brand yang membangun platform berbasis teknologi.
“BYD dan Denza, memang membangun kerjasama yang baik dengan perusahaan transportasi publik. Dibandingkan dengan pasar penumpang, Denza mampu memberikan solusi green mobility. Kami sangat mendukung dengan kolaborasi dengan perusahaan lokal,” tutupnya.
BYD Indonesia cukup takjub dengan perkembangan EV di Indonesia dan tahun 2026 menjadi pembuktian bagi BYD untuk mengejar produksi secara lokal dengan TKD hingga 40%. Hal ini membuat Indonesia sebagai salah satu negara dengan penjualan terbaik, dan tidak menutup kemungkinan bakal menjadi negara eksportir ke beberapa negara lain.[Ahs/timBX]