MENU
icon label
image label
blacklogo

Diprediksi Stagnan, Peta Industri Otomotif Nasional Perlu Berbenah

JAN 24, 2019@20:00 WIB | 2,134 Views

Sebuah diskusi kecil yang  melibatkan Gaikindo dan lembaga Frost & Sullivan, mengundang media otomotif untuk mengetahui geliat industri otomotif tanah air di tahun 2019 ini. Beberapa ATPM telah mengeluarkan produknya di awal tahun, seperti facelift Avanza, Grand  New Xenia di kelas MPV, dan Wuling Almaz di kelas SUV. Langkah tersebut menjadi cukup otentik, mengingat pasar otomotif dikuasai oleh dua kelas tersebut.

Dalam diskusi tersebut, Jongkie Sugiarto, Ketua I Gaikindo  memprediksi pertumbuhan konsumsi mobil secara nasional di tahun 2019, diperkirakan mengalami stagnasi, diangka 1,1 juta unit sama seperti pencapaian tahun 2018. Prediksi lain oleh Frost & Sullivan diangka mendekati 1,2 juta unit,dengan hasil yang  beda tipis.

Yang perlu dikejar untuk tahun 2019, pemerintah dan Gaikindo mampu menciptakan grand desain otomotif. Indonesia yang marketnya dikuasai MPV bisa merambah ke market Sedan misalnya. Karena trend penjualan terbaik di dunia direbut oleh Sedan  dan SUV. “Data MPV sebagai base production memang tidak salah, karena memang untuk memenuhi pasar dalam negeri. Yang dibutuhkan bagaimana basis MPV itu bisa merambah ke SUV dan Sedan,” jelas Jongkie.

Menurutnya, market Indonesia  jumlah produksi 1.2 juta unit,  bila dibandingkan dengan Thailand  bisa mencapai 2.4 juta unit, karena strategi Thailand juga memproduksi mobil komoditas ekspor lebih besar dari konsumsi dalam negerinya.  Untuk mengarah kesana, dibutuhkan beberapa kebijakan yang menjadi stimulus agar market SUV dan sedan bisa tumbuh, dengan menurunkan nilai pajak, atau menyejajarkan dengan MPV.

Selain itu juga dibutuhkan kebijakan harmonisasi tarif, agar terjadi shifting dari MPV, ke SUV dan sedan.

“Dengan harmonisasi tariff diharapkan agar berkembang produksi yang jenisnya berkembang, misalnya trend 7 seater bergeser menjadi 5 seater, seperti kapasitas SUV dan sedan. Setelah dikembangkan oleh ATPM, dalam jumlah besar akan bergeser ke komoditas ekspor,” tutur Jongkie.

Sementara lembaga Frost & Sullivan memperkirakan penjualan kendaraan di Indonesia mencapai sekitar 1.192.700 unit pada 2019 dengan tingkat pertumbuhan 4,2 persen. Perekonomian Indonesia diperkirakan akan terus mencatat pertumbuhan positif pada 2019, mendorong kepercayaan konsumen sepanjang tahun.

Mr. Vivek Vaidya, Mitra Rekanan dan Wakil Presiden Senior Mobilitas di Frost and Sullivan mengatakan faktor kunci yang kemungkinan akan membantu pertumbuhan di pasar Otomotif Indonesia pada 2019 meliputi pertumbuhan konsumsi domestik, pertumbuhan investasi swasta dan lauch model baru.

Ditambahkannya, launch produk baru dan menarik seperti SUV Almaz dan Suzuki Vitara Brezza yang akan datang. Segmen SUV akan menjadi perhatian positif pada 2019 serta permintaan terpendam untuk model populer yang diluncurkan di semester 2 2018 juga akan terwujud tahun ini.

“Faktor-faktor eksternal seperti Perang Perdagangan AS-Cina, pengetatan kebijakan moneter di AS dan defisit transaksi berjalan Indonesia adalah beberapa hambatan pada tahun 2019, yang perlu diatasi oleh sentimen konsumen yang positif untuk tetap berada di jalur pertumbuhan,” kata Mr. Vaidya.

Dia melanjutkan setiap peningkatan dalam perang perdagangan China AS yang sedang berlangsung dapat berdampak signifikan terhadap Indonesia karena kedua negara adalah mitra dagang utama Indonesia. Pasokan bahan mentah Indonesia ke Cina akan terpengaruh secara negatif.

Permintaan kendaraan di Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang sehat pada tahun 2018 karena meningkatnya kepercayaan konsumen dan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam konsumsi swasta menghasilkan permintaan yang lebih tinggi untuk kendaraan penumpang.

Vaidya menambahkan, "Kenaikan konsumsi swasta dipimpin oleh pasar tenaga kerja yang kuat dan inflasi yang stabil. Segmen kendaraan komersial menciptakan tren peningkatan yang stabil dengan mendaftarkan pertumbuhan 3,2 persen pada 2018.”

Permintaan stimulus dari peluncuran model baru dan facelift dan pertumbuhan berkelanjutan dalam konsumsi swasta membantu menyeimbangkan pertumbuhan ekspor yang lebih lambat. Sektor eksternal yang lemah telah menciptakan ketidakseimbangan perdagangan, sehingga mempengaruhi pertumbuhan otomotif, katanya.

Penjualan kendaraan penumpang mencapai sekitar 869853 unit pada 2018. Segmen MPV mendominasi pasar dalam hal volume 630,640 unit dan permintaan untuk SUV telah melonjak sebesar 18,9 persen pada 2018. Vaidya menambahkan, permintaan MPV dirangsang oleh peluncuran kendaraan baru dan pembaruan seperti Xpander, HR-V, BR-V, dan Ertiga.

Toyota terus memimpin dengan jajaran modelnya yang kuat Avanza, Innova, Calya dan Agya. Meskipun kehilangan beberapa pangsa pasar, honda kuat mengakar di posisi kedua. Sementara itu, Mitsubishi dengan kesuksesan Xpander telah menggantikan Suzuki sebagai produsen mobil terbesar keempat di Indonesia.

Harapannya, semua elemen berharap, pelaku industri otomotif minimal harus bisa merubah mainset falsafah lama,  dari import substitution menjadi global supply change. Dari sekedar industri perakitan mobil, menjadi industri yang mensupport komponen suku cadang mobil seluruh dunia. Ini yang harus segera dibuatkan blue print untuk menggerakan otomotif Indonesia jauh lebih maju. [Ahs/timBX]

Tags :

#
gaikindo,
#
industri otomotif nasional,
#
frost and sullivan