FEB 10, 2016@21:00 WIB | 436 Views
Sumber energi yang berkelanjutan memang sedang digodok terus, sumber-sumber dan alat produksinya terus dicari dan dikembangkan. Mulai dari tenaga angin yang dikonversi menggunakan turbin, hingga cahaya matahari yang sudah lazim digunakan.
Banyak negara sudah merasakan keuntungan menyerap energi surya dan kini lebih banyak lagi negara yang mengikuti jejaknya. Sebagai contoh, Maroko kini telah membuat "budidaya" energi solar yang digadang-gadang sebagai peternakan tenaga surya terbesar di dunia.
Noor I adalah pertanian surya yang terletak di kota Ourrzazate, di tepi gurun Sahara. Lahan ini mencakup area seluas beberapa ribu hektare dan secara kapasitas saat ini, ia mampu menghasilkan sekitar 160 megawatt. Tidak berhenti di situ, pelebaran juga sedang direncanakan lewat program Noor II dan Noor III.
Jika seluruh proyek ini selesai, maka diprediksi bahwa lahan seluas 6000 hektar ini mampu menghasilkan energi listrik sebanyak 580 megawatt. Peternakan surya ini memiliki 500.000 cermin melengkung dengan masing-masing berukuran sekitar 40 kaki.
Posesnya cukup sederhana, cermin mengumpulkan cahaya matahari yang digunakan untuk memanaskan pipa berisi air, dan mengubahnya menjadi uap, tekanan uap digunakan untuk memutar turbin untuk menghasilkan listrik. Peternakan surya ini juga dapat tetap dapat bekerja efektif walau tidak ada sinar matahari karena tekanan uap sudah tersimpan dalam tabung-tabung. Mari kita berharap inovasi serupa dapat diterapkankan di Indonesia. [leo/timBX]
